Belajar Matematika dengan Martabak Manis

Oleh: Al Jupri

Siang itu setelah pelajaran selesai, Tom sebenarnya akan segera pulang. Tapi baru saja ia keluar ruang kelas, dua orang temannya, Udin dan Ahmad, memanggilnya.

“Tom, Tom…, tungguin…,” panggil Udin.

Tom segera menoleh dan menyahutnya, “Ada apa Din?”

“Begini Tom, tadi saya dan Ahmad belum mengerti pelajaran matematika yang dijelaskan bu Jerry,” jelas Udin.

“Iya Tom, kami belum mengerti. Makanya kami mau ngajak kamu belajar bareng sama kami-kami ini. Kalau kamu yang menjelaskan sih kami yakin akan mengerti. Mau ya Tom ke rumah saya sekarang?” pinta Ahmad.

Tom adalah kawan yang baik, sering membantu teman-temannya yang kesulitan pelajaran. Ia juga tak pernah melecehkan kawan-kawannya yang belum mengerti penjelasan bu gurunya. Makanya banyak yang senang dengan kelakuannya.

“Ayo kalau begitu, kita ke rumahmu Mad,” begitu Tom bersemangat menyetujui ajakan teman-temannya itu.

Sebelum pulang, mereka bertiga membeli martabak manis buatan Mang Kumis. Dua martabak sekaligus mereka beli. “Buat kudapan nanti,” begitu kata Ahmad.

Setelah sampai di rumah Ahmad, mereka tak langsung belajar. Tapi, mereka sholat Dhuhur bersama terlebih dulu, kemudian setelah itu disuruh makan siang oleh ibunya Ahmad. Ibunya Ahmad sangat senang menyambut teman-teman anaknya yang baik dan pintar-pintar itu. Ia pun senang mengetahui kedatangan mereka yang bukan cuma untuk main-main, tapi untuk belajar bersama. Senang juga bertemu Tom yang sering diceritakan oleh anak kesayangannya.

Makan siang pun beres. Setelah sejenak istirahat, mereka segera belajar bersama.

“Bagian mana yang belum mengerti?” tanya Tom ke kedua temannya itu.

“Ini Tom, tentang membandingkan dua buah bilangan pecahan. Mana yang lebih besar, mana yang lebih kecil, dan mana yang sama,” jelas Udin.

“Iya Tom, saya masih bingung. Belum benar-benar mengerti,” tambah Ahmad.

Ahmad dan Udin membuka catatannya. Dalam catatan mereka secara ringkas tertulis begini.

\frac{3}{4} > \frac {2}{3}, karena \frac{3}{4} = \frac{9}{12} dan \frac{2}{3} = \frac{8}{12}.

“Tom, saya ga ngertinya materi ini karena bu Jerry menjelaskannya langsung pakeangka-angka‘ sih, saya jadi bingung. Mungkin kalau dengan gambar saya bisa paham. Jadinya bagaimana nih Tom?” tanya Udin.

“Oooh gitu ya…?” Tom sambil berpikir mencari cara untuk menjelaskannya agar lebih mudah dipahami kedua temannya.

“Iya Tom, saya tadi sedikit meleng, kurang memperhatikan bu Jerry, makanya ga terlalu ngerti,” Ahmad menambahkan.

“Hmmmh, tadi kan kita beli kue martabak manis tuh. Bentuk martabak itukan bundar. Sepertinya dengan kue martabak ini saya bisa menjelaskan,” begitu kata Tom.

“Baiklah, kenapa \frac{3}{4} > \frac {2}{3}? Untuk mengerti ini, saya bisa menjelaskan pake gambar martabak,” lanjut Tom. Kemudian ia menggambar di kertas. Kedua temannya yang lain memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Gambar Tom itu begini.

pecah.jpg

 

Gambar 1. Gambar \frac{3}{4} > \frac {2}{3}

“Bagaimana? Sudah mengerti belum?” tanya Tom.

“Ahaa…, iya saya ngerti. Dengan gambar, ternyata lebih mudah menentukan pecahan mana yang lebih besar,” begitu Udin berkata.

“Iya bener Tom, saya juga makin ngerti nih,” tambah Ahmad.

“Tapi Tom, saya juga pingin tahu kenapa bisa dikatakan \frac{3}{4} = \frac{9}{12} dan \frac{2}{3} = \frac{8}{12}?” tanya Udin lagi.

“Yang itu saya sudah ngerti caranya Din. Tadi pas yang itu saya tahu caranya,” jelas Ahmad.

“Tapi Mad, yang dijelaskan sama bu Jerry tadi, itukan pake ‘angka-angka’. Saya inginnya pake gambar dulu. Ayo dong Tom…, bagaimana niiih?” pinta Udin.

“Hmmmh… bagaimana ya?” pikir Tom. Tom menarik nafas.

“Kalau tetep pakai gambar yang tadi, nanti gambarnya makin ruwet. Nanti mereka bingung deh,” lagi Tom berpikir.

“Oh iya, begini, saya tahu caranya. Saya pake martabak juga biar kamu ngerti. Tapi martabaknya saya gambar kecil-kecil ya Din?” begitu kata Tom.

“Nah begitu dong…,” kata Udin.

“Iya deh saya juga pengen tahu kalau pake gambar caranya bagaimana?” tambah Ahmad.

Kemudian Tom pun menggambar sesuatu, agak lama ia menggambarnya. Sedangkan Ahmad dan Udin serius memperhatikan yang dilakukan Tom. Gambar yang dibuat Tom itu seperti ini.

pecah21.jpg

 

Gambar 2. Gambar \frac{3}{4} = \frac{9}{12} dan \frac{2}{3} = \frac{8}{12}

Terus Tom menjelaskan gambar yang dibuatnya. Udin tampak puas, mengerti dengan penjelasan Tom. Begitu juga dengan Ahmad, ia semakin mengerti dengan yang sudah dipahaminya

“Nah, sekarang baru deh saya ingin tanya bagaimana caranya membandingkan pecahan seperti yang sudah diajarkan oleh bu Jerry tadi pagi,” begitu kata Udin.

“Nah, karena tadi Ahmad sudah mengerti, Ahmad saja ya yang ngejelasin? Biar gantian,” usul Tom.

“Jangan saya dong Tom, saya belum lancar betul,” tolak Ahmad.

“Jangan begitu dong, tahu engga? Kalau kamu ngejelasin, kamu nanti makin lancar lho…,” bujuk Tom.

“Iya deh, sekarang Ahmad yang gantian ngejelasin,” usul Udin.

Akhirnya Ahmad pun mau menjelaskannya. Yang dijelaskan Ahmad itu tampak seperti berikut ini.

\frac{3}{4} = \frac{3}{4} \times \frac{3}{3} =\frac{9}{12}

dan

\frac{2}{3} = \frac{2}{3} \times \frac{4}{4} =  \frac{8}{12}

“Sebentar Mad, kenapa untuk \frac{3}{4} dikali \frac{3}{3}, sedangkan untuk \frac{2}{3} dikalikan \frac{4}{4}?” tanya Udin.

“Supaya penyebut kedua pecahan \frac{3}{4} dan \frac{2}{3} sama,” jawab Ahmad.

“Oooo begitu ya…? Horee… saya ngerti sekarang!” teriak Udin dengan gembira.

“Ya sudah, kita istrahat dulu. Kita makan martabak manis yuk…,” ajak Ahmad.

“Sebentar Mad, tadi kan kita belajar pecahan pake gambar martabak. Nah, sekarang kita pake tuh martabak benerannya. Berhubung martabaknya tadi cuma dua, padahal kitakan semuanya bertiga. Bagaimana cara ngebaginya supaya kebagian rata (sama)?” tanya Tom ke kedua temannya.

“Sekarang saya tahu caranya Tom,” yakin Udin.

“Saya juga bisa kok, tenang saja,” Ahmad pun yakin.

“Inikan artinya permasalahan 2 dibagi 3. Atau sama saja dengan \frac{2}{3} iya kan?” begitu kata Udin.

“Ya betul Din!” Ahmad setuju.

“Sebentar, sebelum martabaknya dipotong beneran, saya ingin tahu seperti apa pemotongannya biar terbagi rata itu?” tanya Tom.

“Ok deh…,” serempak Udin dan Ahmad menjawab. Kemudian mereka berdua menggambarkan bakal potongan martabak yang akan dimakannya.

Begini dia hasil gambar Udin dan Ahmad itu.

pecah3.jpg

 

Gambar 3. Gambar 2 buah martabak yang dibagi rata untuk 3 orang

 

“Ya, kalian berdua benar!” begitu kata Tom.

“Ayo serbu martabaknya…,” serempak mereka bertiga.

(Pada kenyataannya, mereka tak memotong martabak seperti yang telah mereka gambarkan, karena mereka sudah tak tahan untuk segera menikmati martabak manis tersebut.) 😀

======================================================

Ya sudah segitu dulu saja ceritanya ya. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Amin.

Catatan:
-Pada pecahan \frac{3}{4}, yang menjadi pembilang (numerator) adalah 3 dan yang menjadi penyebut (denominator) adalah 4.

-Penyampaian materi matematika untuk topik pecahan ini biasanya sudah dimulai sejak kelas 4 SD.

-Bagi bapak atau ibu guru yang berpengalaman mengajar, mohon sarannya agar artikel ini lebih baik lagi.

-Bagi agamawan, tolong masukannya agar pesan dalam artikel ini lebih baik lagi.

-Bagi para matematikawan, mohon koreksinya bila ada kekeliruan.

-Bagi para penulis dan ahli bahasa, mohon koreksinya bila kata-kata yang dipakai di artikel ini kurang pas.

-Bagi pemerhati anak, mohon koreksinya bila cerita anak ini kurang pas dengan perilaku anak yang sesungguhnya.

-Bagi para ahli pendidikan, ahli psikologi, dan ahli-ahli lainnya, mohon masukan berharganya.

-Dan bagi pembaca yang lainnya, mohon koreksinya juga sesuai sudut pandang Anda. Terimakasih.

Info sangat tidak penting: selama empat hari ke depan, saya mau berlibur. Mumpung ada yang ngajakin. Makanya, mohon maaf bila komentar-komentar Anda sekalian tak langsung saya tanggapi. Terimakasih. 😀

23 Comments

Filed under Cerita Menarik, Cerpen, Matematika, Matematika SD, Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Matematika, Renungan, Sastra

23 responses to “Belajar Matematika dengan Martabak Manis

  1. mataharicinta

    keren banget pak guru.
    andai aja semua guru matematika kaya bapak, pasti akan banyak murid yang menyukai matematika.

    *sambil mimpi, tahun depan ato tahun depannya lagi, pendidikan kita bisa semakin membaik, membaik dan membaik lagi*

    semoga ya allah…..
    ________
    Al Jupri says: Terimakasih. Mudah-mudahan pendidikan di negeri kita makin baik di masa yang akan datang. Amin.

  2. Kalau anak-anak zaman sekarang mungkin lebih keren kalau contohnya pizza kali ya 😀 Apalagi pizza biasanya udah dipotong2, tapi kalau murid-muridnya di pedalaman, kalau contohnya pizza ya susah juga banyak yang nggak tahu kali ya! Hehehehe…..
    ______
    Al Jupri says: Betul pak, pizza kedengerannya lebih keren. Cuma sayang pizza itu biasanya dikenal anak-anak kota saja. Lagipula pizza itu bukan produk Indonesia. 😀

  3. Tadi nonton NHK, juga ada pelajaran bandingin 3 segitiga mana yg paling gede luasnya. (ilustrasinya dikasi 3 sandwich, lucu dan interaktif pake multimedia juga) 😛
    _________
    Al Jupri says: Wah cerita-cerita dong… 😀

  4. Pendekatan kontekstual dengan media martabak manis. Sungguh inspiratif! Matematika jadi gampang dan menarik.
    _________
    Al Jupri says: Sebenarnya yang ditampilkan di artikel ini adalah pendekatan matematika realistik (yang sedang saya pelajari di negeri Belanda saat ini. Artikel ini hanyalah sebuah contoh bentuk adaptasi, diusahakan sesuai keadaan Indonesia tercinta). Nah, salah satu ciri realistik itu adalah dengan menggunakan konteks yang sudah biasa dikenal siswa. Sedangkan pendekatan kontekstual itu, menurut saya banyak bedanya dengan matematika realistik. Terimakasih pak… 😀

  5. Rully

    mantab nih martabaknya, eh penjelasan gambar maksudnya. :mrgreen:
    _______
    Al Jupri says: Terimakasih. 😀

  6. Hebat ! matematika jadi semanis martabaknya.
    ________
    Al Jupri says: Terimakasih. 😀

  7. Bagusnya para guru SD tuh baca ini..
    ________
    Al Jupri says: Kang Spitod, ajak dong bu guru dan pak guru SD-nya … 😀

  8. Evy

    bagi dong martabak manisnya, eh pak aku lagi cari guru les matematik buat anakku neh…
    __________
    Al Jupri says: Mudah-mudahan segera dapat guru les matematika yang berkualitas. Amin. Terimakasih bu sudah berkunjung… 😀

  9. Itu gambar pie nya kayak di spongebop, si gurita itu, hehehehe
    ________
    Al Jupri says: Iya juga ya… ? 😀

  10. matematikanamah mangga nyanggakeun kanggo ayi, martabakna kanggo akang hehehehhe
    ________
    Al Jupri says: Mangga Kang diraosan martabakna… 😀

  11. Kenapa ya setiap kali belajar pecahan selalu dicontohkan berbentuk bundar? Apa karena bundar itu punya segi tak terhingga sehingga gampang dibagi2 seperberapa aja? 😀
    Atau hanya karena faktor psikologis aja, karena menggambarkan lingkaran paling mudah? 😀
    ___________
    Al Jupri says: mungkin karena? Karena apa ya? Mmmmh, sebenarnya tidak harus begitu sih pak, banyak kok cara-cara atau pendekatan lain untuk menjelaskan pecahan itu, walau tak menggunakan bentuk lingkaran, bahkan seringkali lebih mudah dipahami dengan pendekatan lain. Mungkin, insya Allah, lain waktu saya akan menulis tentang itu (insya Allah saya akan tuliskan dengan konteks yang sesuai, dan diharapkan enak dibaca dan dinikmati). Terimakasih atas pertanyaannya. 😀

  12. Esti

    Realistic Mathematics? Mungkin itu yang perlu dan paling manjur untuk saat ini ya Kang ya….
    Gimana gak, all bout math are abstract, so we need the konkrit math…
    Andai matematika belum jadi kebiasaan dan kebutuhan seperti halnya di negara Rusia, dimana seorang sopir saja bacaannya buku Math, paling gak semoga di Indonesia ini dimulai dari orang2 yang berkecimpun di dunia pendidikan untuk memperbaiki pendidikan yang dah remuk redam ini. Buat Kang Jupri, ditunggu inovasi selanjutnya….
    Maybe bout CTL??

  13. samy m

    Top deh. Kita memang butuh banyak pengetahuan semacam ini dalam pembelajaran matematika agar siswa enjoy dan makin tertarik mempelajari matematika yang konon misterius nan sulit. Lebih banyak share dong yang kayak ginian, biar guru-2 mat kayak aku ini lebih smart lagi. Salut buat kang Jupri n salam kenal. Yo kita bangun pendidikan di Indonesia yang sudah makin amburadul ini.

  14. Ass, begini ini baru guru teladan gampang di cerna pelajaran matematikanya,abis ada martabak manisnya so jadi tergiur mempelajarinya.He3..
    Wassalam

  15. nugroho

    menarik contohnya sekalian menggiurkan martabaknya
    sekalian tanya min kali min(-*-) kok bisa plus yaa

  16. ocha

    artikelnya bagus baget….pak mohon bantuan ceritanya la9i donk untuk materi SD yang lain, biar tambah semangat ngajarin ke anknya!!!
    thanks…

  17. Martabak? bisa-bisa aja…smua orang kenal martabak, sangat realistis. ya emang benar, mereka takut matematika, begitu masuk SD. ada yg salah. begitu lama dibibiarkan. tp mereka naik kelas, lulus, smp, sma dan trus. aneh….smentara mereka tdk mengerti konsep pecahan, he he. sering ditemukan, ketika mengerjakan kalkulus (yg lain juga), kesalahan bukan pd konsep kalkulusnya, tp pd hasil akhir karena ada pecahan. kuacihan ya… coba ‘enolkan’ mereka ketika masuk sma, anggap saja blum dpt matematika, perlu waktu 3-4 pertemuan, melulu bicara ‘cara belajar’ matematika, pecahan, mencongak, ‘ngapalin’ kuadrat sempurna….bercanda gitu, biar mereka tertawa, tepuk tangan, he he kebanyakan lah..
    sdikit saja Nong, coretkan prinsip RME (teoritis) dan sedikit perbedaannya dg CTL. minta truuuuus…
    _________
    Al Jupri: Tentang RME dan CTL ya Pak? Tentang RME insya Allah, namun hanya sedikit tahu tentang CTL (harus baca-baca dulu neeh… ). Iya deh, insya Allah nanti saya nulis tentang keduanya. Insya Allah akan saya tulis sebisa saya (mungkin tulisannya ga teoretis alias sederhana saja.)… tapi ga sekarang-sekarang ya Pak… 😀

    Oh, iya. Sebetulnya, saya ingin bapak dan juga guru-guru matematika lainnya membaca tulisan ini: Memperbaiki “Citra Buruk” Guru Matematika, Bagaimana? Silakan diklik Pak!

  18. Susi

    Aslm…..Bapak, apa bedanya CTL dan RME?
    Makasih… (^_^)v

  19. Bela Ronaldoe

    Membagi martabak secara matematis sama asyiknya dengan berbagi secangkir teh hangat bersama seorang pengembala…

  20. Sebuah pendekatan belajar pecahan yang sangat bagus.

    Pasti banyak membantu siswa dan guru.

    Terima kasih banyak, salam…

  21. bagus banget nih penyampaiannya.. 🙂

  22. okti ananda

    assalam al jupri… thks buat cerita nya yg seger

  23. supriadiayahazkatasya

    RME,CTL dan sekarang ada ethnomathematics semuanya ada irisan namun tidak sama,tidak sama ini yang susah dijawab,harus dipertemukan ahli RME,CTL dan Etno agar jelas, tidak bisa satu ahli memberikan pernyataan pada bidang yang bukan ahlinya

Leave a reply to raffaell Cancel reply