Saat Pertama Bilang, “I Love You”

Oleh Al Jupri

“Lho kok kamu sudah pulang? Ini kan masih jam ‘setengah sepuluh’, belum jam sepuluh?” tanya Muiz, seorang siswa kelas 3 SD saat istirahat sekolah, ketika melihat saya keluar ruang kelas menenteng tas. Muiz adalah salah seorang teman bermain saat saya kelas 1 SD dulu, sekitar tahun 1989. Walaupun  saat itu masih kelas 1 SD, tapi teman bermain saya banyak yang lebih tua dari saya. Termasuk si Muiz yang kelasnya dua tingkat di atas saya.

“Iya dong, saya kan dapat 10, bener semua ngerjain soal matematikanya,” jawab saya bangga. Kemudian,  seperti sifat anak-anak lainnya, saya pun memamerkan soal-soal matematika yang mendapat nilai 10 tersebut.

Ya, begitulah pengalaman yang pernah dan sering saya alami saat SD dulu–di salah satu SD kampung  di ujung barat pulau Jawa. Bila kita mampu mengerjakan semua soal matematika dengan benar, menjelang waktu pulang, maka kita dipersilakan pulang terlebih dulu oleh ibu atau bapak guru kita. Sedangkan bila belum bisa, maka pulangnya sesuai jadwal, bahkan lebih lama lagi.

Muiz: “Aaaaah itu kan gampang soalnya, cuma tambah-tambahan aja. Kalau cuma itu sih saya juga bisa!”

Saya: “Tapi kan yang bisa di kelas, saya duluan!”

Muiz: “Kamu pasti ga bisa ngerjain kali-kalian.”

Saya: “Kali-kalian itu apa?”

Muiz: “Ah pokoknya sulit saja, lebih sulit dari tambah-tambahan…”

Karena Muiz tidak bisa menjelaskan ‘kali-kalian’ itu apa, waktu itu, saya bergegas meninggalkannya. Bukan untuk langsung pulang, tapi menunggui teman-teman yang masih kesulitan mengerjakan soal-soal matematika. Saya tunggu di luar ruang kelas 1, dekat pintu ruangan, sambil sesekali mengintip, melihat teman-teman yang masih asyik bekerja. 😀

***

Saat kelas 1 SD tersebut, selain sudah belajar matematika tentang penjumlahan (yang sederhana), saya pun sudah mulai bisa membaca, walau masih terbata-bata, masih mengeja untuk membaca suatu kata atau kalimat.

Mungkin karena masih baru mengenal huruf (latin), apapun tulisan yang saya lihat, saya berusaha untuk membacanya. Termasuk satu kata yang terpampang berukuran cukup besar, berwarna biru, ditempel di daun pintu kamar paman saya. Tulisan tersebut tak lain dan tak bukan adalah kata:

WELCOME

Saat itu saya membacanya cukup keras “wel co me”, berulang-ulang. Hampir tiap hari setelah pulang sekolah saya membaca kata tersebut. Tiap kali saya membacanya, saya merasa aneh. Saya tidak mengerti maksudnya. Hingga suatu hari, tepat saat Muiz memberi kata baru dalam ingatan saya -“kali-kalian”, saat menjelang tidur saya bertanya ke ibu tercinta.

Saya: “Mah, mah, tadi waktu saya pulang sekolah, si Muiz bilang katanya kali-kalian itu susah.”

Ibu saya sepertinya tidak menghiraukan. Beliau, sambil terkantuk-kantuk seperti biasanya, mengipasi saya agar bisa tidur nyaman. 😀

Saya: “Iiiiy, mah, diem aja! Kali-kalian itu apa sih?”

Mendengar saya agak ngambek, ibu tercinta pun berusaha menjawab semampunya, masih sambil terkantuk-kantuk.

Ibu: “Ya, kali-kalian itu itung-itungan juga.”

Saya: “Itung-itungan gemana? Kata si Muiz susah! Lebih susah dari tambah-tambahan.”

Ibu: “Iya sih lebih susah tapi gampang juga kok… kamu juga nanti bisa kalau udah naik kelas nanti.”

Saya: “Emang kayak gemana kali-kalian itu?”

Ibu: “Ya, mmmm…, contohnya begini. 1 x 1 = 1, 1 x 2 = 2, 1 x 3 = 3…. gitu.”

Saya: “Ooo gitu…, di mana susahnya?”

Ibu: “Contoh lainnya begini: 2 x 2 = 4, 2 x 3 = 6,…, “

Saya: “Apa 2 x 2 itu? Kok hasilnya 4?

Ibu: “2 x 2 artinya 2 nya ada 2 kali. Jadi 2 x 2 = 2 + 2 = 4.”

Sang ibu yang semula terkantuk-kantuk mulai fokus, terjaga, demi menjawab keingintahuan anaknya ini.

Saya: “Oooo… jadi kalau 2 x 3 gemana?  2 nya 3 kali atau 3 nya 2 kali?”

Ibu: “Mmmm… 2 x 3 artinya 3 nya ada dua. Jadi 2 x 3 = 3 + 3  = 6.”

Saya: “Oooo gitu ya? Mmmm… Aneh! Kenapa si Muiz bilang susah ya? Itukan tambah-tambahan juga…”

Agak lama terdiam, saya berpikir, berusaha memahami perkalian yang baru saja dijelaskan oleh ibu saya tersebut. Sedangkan sang ibu masih dengan setia mengipasi saya. (Udah gede tidurnya masih bareng ya? Masih ingin ditidurkan…. hihi hihi.. malu-maluin nih 😀 :mrgreen: ) Kemudian tiba-tiba, saat mulai mengantuk, saya bertanya hal lain.

Saya: Mah, kalau welcome itu apa artinya?

Agak lama, tak ada jawaban, terlihat ibu saya berpikir.

Ibu: “Udah-udah. Udah malem! Tidur aja! Besok kamu harus bangun pagi-pagi, sekolah!”

Entahlah, saat itu saya tidak mengerti kenapa ibu tak menjawab pertanyaan saya. Padahal saya sangat ingin tahu arti dari kata welcome yang hampir tiap hari saya baca, namun tak saya mengerti maknanya. Ingin terus rewel bertanya, tapi rupanya kantuk mengalahkan rasa keingintahuan saya.

***

Hari berganti, bulan berselang, tahun pun berubah. Hingga saya duduk di bangku SMP. Saat mulai belajar bahasa Inggris, sekitar tahun 1995, barulah saya mengerti arti dari kata welcome secara langsung yang dulu sering saya baca tersebut.

Dan saya pun baru mengerti kenapa ibuku tak menjawab pertanyaan saya saat menjelang tidur beberapa tahun sebelumnya. Ternyata beliau tidak tahu, tidak mengerti bahasa Inggris. Hal ini wajar karena beliau hanya bersekolah hingga kelas 2 SD saja. Bukan karena apa-apa, tapi di jamannya sekolah masih  dianggap belum perlu. Yang umumnya melanjutkan sekolah tinggi-tinggi, adalah kaum lelaki, itupun tidak banyak. Walau demikian, sebagai anaknya, saya justru sungguh bangga dengannya. Walau pendidikannya tidak tinggi, tetapi mendidik anaknya agar maju, terus bersekolah. Sungguh beliau adalah seorang wanita luar biasa! Wanita yang kasih sayangnya tak terkira. Tak mungkin saya bisa membalasnya. Karenanya saya pun tak akan ragu untuk menyatakan cinta padanya, “I love you Mah!” Ya ungkapan cinta dalam bahasa Inggris yang mulai saya mengerti artinya sejak belajar bahasa Inggris di tingkat SMP.

***

Hmmmm…. barangkali di antara Anda akan mendebat saya dengan bertanya. Bukankah ungkapan “I love you” untuk mengatakan cinta pada seseorang yang kita cinta, pada kekasih kita? Saya hanya bisa menjawab, ya biasanya yang sering kita dengar memang demikian. Ungkapan I love you untuk menyatakan cinta pada seseorang yang kita cintai. Cinta seorang pria pada wanita kekasihnya atau sebaliknya. Tetapi, saya kira, untuk menyatakan cinta pada orang tua pun, tak salah bila saya menggunakan ungkapan tersebut. Dan ternyata saya tidak salah! 😀

Selanjutnya, mungkin Anda akan iseng bertanya. “Sejak kapan sih saya mengatakan I love you pada seseorang yang saya cintai? Pernahkah saya mengatakananya pada sang kekasih?”

Seingat saya, saat pertama kali jatuh cinta (cinta monyet), saya tidak pernah mengatakan “I love you” pada gadis yang saya cintai. Ya seingat saya, saya belum pernah mengatakan ungkapan tersebut pada gadis yang menjadi cinta (monyet) pertama saya. 😀

Ah karena itu, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan, “I love you” pada orang yang saya cintai. Mudah-mudahan dia membacanya. 😀 Dibaca oleh orang yang dicintai sungguh bahagia.

========================================================

Ya sudah segitu saja ya jumpa kita kali ini. Mudah-mudahan artikel ini ada manfaatnya. Amin.

Sampai jumpa di artikel mendatang.

Artikel ini ditulis di Utrecht, dini hari 22 November 2008.

Sengaja ditulis untuk seorang teman sebagai bentuk permintaan maaf, yang barangkali telah dibuat kesal oleh cerita saya. Maaf ya….

Catatan yang wajib dibaca:

Saya melarang siapapun Anda yang berminat menerbitkan ulang baik sebagian atau seluruhnya dari karya-karya (tulisan-tulisan) saya di blog ini tanpa seijin dari saya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih!

38 Comments

Filed under Bahasa, Cerita Menarik, Harapan, Matematika, Matematika SD, Menulis, Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Matematika, Renungan, Sastra, Tokoh

38 responses to “Saat Pertama Bilang, “I Love You”

  1. Guh

    your story made me fell in love…

    I love your mom Sir 🙂

    May peace and happiness be upon her.

  2. @Guh: Oooh really? Thank you. 😀
    @Ivan Wangsa C.L.: Iya. 😀

  3. Iya… haha… Oh ya, ada 2 hal yang saya baru sadar:
    1. Tujuan post ini apa? Introduksi perkalian?
    2. Gravatar anda ganti ya? Jadi lebih OK tuh..

  4. @ Ivan Wangsa C.L:
    1. Tujuannya cerita tentang kapan saya pertama bilang “I Love You”. Namun karena blog ini tentang matematika, dan kebetulan kejadian yang saya alami memang seperti dalam posting, maka ditulislah introduksinya seperti itu… (biar konsisten sesuai tema blog). Sebetulnya bisa saja saya langsung bercerita ttg tujuan, tetapi, ini tidak konsisten. 😀

    2. Iya. 😀

  5. Ibu, sulit rasanya buat kita untuk bisa membalas jasanya. terlau banyak perngorbanan yang dia buat untuk kita. Dan itu dilakukannya sejak pertama kita hadir di muka bumi ini sampai …
    dan yang hanya bisa kita lakukan untuk ibu kita hanya mengatakan bahwa kita juga mencintainya.
    I LOVE YOU MOM

  6. kurang smooth pak cerita kali ini dari penjumlahan, kali kalian, welcome trus i love you…tapi tetep ok kok

  7. @Matematika SMA: Memang bukan hanya sulit, tetapi tidaklah mungkin kita sanggup membalas jasanya. Mmmm…ya setuju, kita wajib mencintai ibu… 😀

    @rooselyna: thank you! 😀

  8. never end to love you, Mom

    I do love you

  9. @mezzalena:
    (1) Yaaa, we have to love our Mothers: you love your Mom, I love my Mom….. 😀
    (2) What do you mean? You = me? :mrgreen: 😀 :mrgreen:

  10. Saya boleh mengomentari judulnya ya?? Kalau saya, ada tema yang majemuk (multi) seperti dalam artikel ini, judulnya (kalau saya lho) memilih yang sedikit ‘abstrak’ ataupun ‘blend’ walaupun mungkin judulnya sedikit membingungkan (baca: menyesatkan bahkan nggak nyambung) dan nggak ‘straightforward’, misalnya:

    – Perkalian I love You
    – I Love You, You are Welcome
    – I love You dikalikan Welcome

    dst……

    Menurut saya, kalau dalam konteks sains memang tidak dianjurkan judul2 seperti itu, tetapi kalau dalam konteks sastra judul2 tersebut sah2 saja bahkan dianggap kreatif. Tetapi ya… tentu semuanya terserah yang punya blog tentu saja… :mrgreen:

  11. @Yari NK: He he… iya Pak, saat memberi judul tulisan kali ini saya sedikit bingung. Tapi pada dasarnya, saya tidak ingin membohongi pembaca. Dan saya pun ingin menulis judul yang menarik minat pembaca, kalau bisa judul yang indah… (walaupun mungkin judul kali ini kurang indah). 😀

  12. Cerita sederhana tapi pasti memberikan inspirisasi kepada setiap yang membacanya. I love you, Ma…

  13. Wahhhh Pas pulang saya mau nyampakai ma Ibu saya I Love juga ahhh

  14. Indra

    mas, koq email saya gak dibalas?itu urgen lho…bukan main2,soalnya saya ditanya soal itu tapi gak tau gimana jelasin nya..maklum saya bukan dari matematika
    moga2 mas sudi membalas
    terimakasih

  15. Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku,
    trnyata benar anak yg sering brtanya adalah anak yg pintar…
    Hehe..

  16. @endsu: Terimakasih, Pak! 😀 Eh, apa kabar Pak? Sibuk?

    @ Gelandangan: Silakan! 😀

    @Indra: Ooo… ngirim email lg ya? Ntar sy lihat… 😀

    @ Hasan eL kyubi: Ya setuju, ibu jangan cuma di hati, tapi kita do’akan, mudah2an kita termasuk anak yang sholeh dan mendo’akan orang tua. 😀

  17. Waktu masih SD saya dulu juga ada kuis di akhir pelajaran. Soalnya matematiia, yang bisa jawab boleh pulang duluan. Tapi karena jarak sekolah jauh, mesti jalan kaki pula, maka kami saling tunggu di pintu gerbang. Kemudian pulang bareng-bareng…

  18. Maaf Pak Jup, ini OOT: Pak Jup punya adik atau saudara yang masih SD atau SMP yang suka lomba matematika?

    Sekedar memberi info: Pasiad Indonesa mengadakan Kompetisi Matematika Pasiad se-Indonesia 5 (KMP 5), tgl 13 Desember 2008.

    Barangkali adik atau saudaranya bisa didaftarkan untuk ikut lomba di kota terdekat.

    Thx

  19. @bocah: wah mirip dong ya pengalamannya? 😀 Saya juga pergi-pulang saat SD jalan kaki… 😀

    @Pak Tas: Makasih atas infonya… 😀 *Adik sy yg sekolah setingkat SMP, ada seorang…. tapi blm tentu suka matematika… 😀 *

  20. Salam kenal pak. Sy bodo bgt mitamitik, moga2 dgn bc blog ini bs jd lbh cerdas hehehe..

  21. @Nika: Salam kenal juga. 😀

  22. ganjar87

    cerita yang unik, dan menggelikan hehehehe…
    salam kenal bang ,
    dari saya yang bodoh math dari SD sampe skarang..

  23. Ha ha bagus ceritanya, menikmati dengan amat sangat. Salam.

  24. waaaah saya tidak sangka bisa membaca cerita semanis ini di blog Bapak. Benar-benar bagus…. manis… selain matematika ada inggris dan ada cinta …wow
    EM

  25. ceritanya dramatis, wajib dibaca..!

  26. @ganjar87: Terimakasih. 😀

    @Ersis Warmansyah Abbas: Selamat menikmati, PAk. Salam juga. 😀

    @Ikkyu_san: Terimakasih Bu. 😀

    @Tyanz Permana: dengan senang hati… 😀

  27. karena saking malasnya nobita. Ia pergi ke planet lain menggunakan alat doraemon. sesampainya di sana ia mendapati lingkungan planet itu persis sama seperti di Bumi.

    Lalu ia pergi bersekolah, Nobita yang biasanya mendapatkan nilai 0, kaget bukan kepalang saat ia memperoleh nilai seratus saat ujian.

    Selidik punya selidik, ternyata di planet itu penambahan dan pengurangan diajarkan saat SD, Perkalian saat SMP, dan Pembagian saat SMA.

  28. Tulisan yang manis, hubungan akrab seorang anak dan ibunya……
    Ada matematika (kali2an), ada cinta anak kepada ibu…dan ada welcome (kalau ini artinya welcome bagi para pengunjung blog ini)

  29. Citra Dewi

    Pak Jupri,
    Saya curiga nih kayaknya Pak Jupri lagi……fall in..hm..hmm.

    Btw selamat yah utk keberhasilannya. Kok ngga kedengaran kabarnya. Saya ada kirim email udah lamaaaaaaaa sekali tdk di balas2. saya cobak lagi.

  30. Pak … Pak, Updet dong 😀

  31. wah cakep banget postingannya….
    jadi rindu kampung halaman. setiap kali baca tulisan tentang “Ibu” yang penuh kasih sayang kepada anaknya, aku kok gampang trenyuh dan berkaca-kaca.
    Ibu “I love You”

  32. @gibransyah: Oya? 😀

    @edratna: Makasih, Bu. 😀

    @Citra Dewi: Makasih, Bu. 😀

    @mezzalena: yang sabar ya mba… maaf belum sempat nih… 😀

    @hair one: makasih. 😀

  33. oRiDo™

    nice story…
    jadi inget cerita dimasa kecil..
    🙂

  34. kalo Changcuters baca ini posting,

    pasti lagunya ‘I Love You,Beibeh’ bakal

    diganti ‘I Love You, Mam’ 😀

  35. @ oRIDo: Thanks! 😀

    @iaksz: oya? 😀

  36. sopandiahmad

    Jadi inget masa kecil, Kang
    Perkenalkan Saya opan.
    Tulisan-tulisannya bagus.
    Saya suka nyeritain tulisan Akang ke temen-temen Saya dan mereka suka.

  37. @sopandiahmad: Oya? Makasih sudah menceritakan tulisan-tulisn saya… Salam kenal juga ya… 😀

Leave a comment