Matematika Menduga Penyebab Rusaknya Lingkungan

Oleh: Al Jupri

Thomas Robert Malthus menyatakan bahwa pertumbuhan populasi penduduk diprediksi mengikuti aturan barisan geometri, sedangkan pertumbuhan pangan yang menyuplai kebutuhan populasi tersebut diprediksi mengikuti aturan barisan aritmetika*. Apa maksudnya?

Contoh barisan geometri yang menggambarkan pertumbuhan penduduk itu misalnya begini

2, 4, 8, 16, 32, 64,...

Sedangkan contoh barisan aritmetika yang menggambarkan pertumbuhan pangan itu begini

10, 15, 20, 25, 30, 35,...

Dengan menggunakan kedua contoh barisan tersebut kita bisa menjelaskan maksud pernyataan Malthus tadi. Sederhananya, penjelasannya itu begini.

Mula-mula ketika hanya ada 2 penduduk, ketersediaan pangan cukup berlimpah karena tersedia pangan yang cukup untuk 10 penduduk. Selanjutnya ketika penduduk berlipat menjadi 4, pangan yang tersedia masih cukup untuk 15 orang, sehingga masih bisa dikatakan cukup berlimpah. Dan begitu seterusnya.

Masalah baru muncul ketika jumlah penduduk sudah mencapai 32, sedangkan pangan yang tersedia hanya cukup untuk 30 orang. Dan selanjutnya masalah sangat besar muncul ketika penduduk sudah 64 sedangkan ketersediaan pangan cuma 35. Ini artinya, telah terjadi ketidakseimbangan antara daya dukung pangan dan laju pertumbuhan penduduk.

Lantas apa yang bisa dilakukan manusia untuk mengatasi masalah besar tersebut?

Kata orang, dulu ketika manusia belum mengerti akan keseimbangan alam, maka mereka dengan seenaknya membuka areal pemukiman di mana saja mereka suka. Hutan digunduli untuk dijadikan areal pertanian, sungai pun dibendung untuk pengairan dan kebutuhan air sehari-hari. Manusia secara sengaja mengekploitasi kekayan alam tersebut. Terus menerus mengeruk dan melumat kekayaan alam demi memenuhi hajat hidupnya. Aktivitas-aktivitas tersebut katanya kurang memperhatikan keseimbangan dan kelestarian alam yang ada di Bumi ini. Beruntung, waktu itu, belum ada akibat langsung dari aktivitas-aktivitas yang mereka perbuat.

Sekarang, ketika alam sudah tak kuasa lagi memenuhi keserakahan manusia, ketika alam tak lagi dapat menyeimbangkan diri akibat ulah manusia tadi, maka kita lihat akibatnya. Banjir sering kita dengar, sering kita saksikan dan rasakan di mana-mana. Tanah longsor seringkali jadi berita hangat yang menelan korban. Erosi tanah juga menjadi masalah pelik yang sering kita dengar. Bencana alam pun seperti tak ada hentinya. Ini tak lain dan tak bukan karena ulah manusia itu sendiri, ulah manusia yang kurang mengerti dan peduli akan kelestarian alam di Bumi kita tercinta ini. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surat Ar-Rum ayat 41 yang secara tegas menyatakan bahwa kerusakan alam itu akibat tangan manusia itu sendiri, seperti berikut ini.

 

Terjemahnya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)

Ya, begitulah manusia. Mentang-mentang merasa sebagai mahluk yang paling sempurna di antara mahluk lainnya, mereka dengan sesuka hati mengeksploitasi alam untuk kepentingannya tanpa peduli menjaga kelestariannya. Mumpung ada kesempatan untuk mengeksploitasi, mereka tak peduli dampaknya. Padahal kepedulian pada kelestarian alam itu hakikatnya adalah kepedulian pada dirinya sendiri. Lho kok bisa?

Ya iya laaah. Karena kelestarian alam sebetulnya adalah untuk manusia itu juga. Bila manusia tak peduli dengan kelestarian alam, sama artinya dia tak peduli dengan kelestarian manusia itu sendiri. Betul? 😀

Lalu, selaku manusia, apa yang sekarang dapat kita lakukan untuk membantu kelestarian alam itu?

Yang bisa kita lakukan itu sederhana saja. Ini cuma asal usul saja dari saya.

  1. Buanglah sampah di tempat sampah. Jadi, buang sampahnya jangan di jalan, jangan di sungai, jangan di selokan, jangan di sembarang tempat, dan juga jangan di tempatnya! :mrgreen:
  2. Sebisa mungkin pakailah “barang” yang “ramah lingkungan”. Kalau tidak bisa? Ya tidak apa-apa, asalkan penggunaannya betul, tidak asal pakai, dan tidak asal buang. 😀
  3. ….

Ya sudah segitu saja ya asal usulnya. Saya yakin pembaca punya banyak usulan lainnya, karena itu saya persilakan untuk menambahinya. 😀

=======================================================

Ok deh, segitu dulu saja ya untuk perjumpaan kita kali ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya. Mudah-mudahan artikel ini ada manfaatnya. Amin.

Catatan: *http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Malthus#Principle_of_Population

15 Comments

Filed under Agama, Bahasa, Indonesia, Iseng, Matematika, Matematika SMA, Matematika SMP, Menulis, Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Matematika, Renungan, Sains

15 responses to “Matematika Menduga Penyebab Rusaknya Lingkungan

  1. saya baru tau teori malthus, pak 😀

  2. Hmm… sayang si Malthus ini hidup sebelum masa Revolusi Industri ya, sehingga dia tidak bisa menyaksikan ‘keajaiban industri’ (yang didasari ilmu dan teknologi tentu saja) yang sanggup mengubah pertumbuhan pangan dari deret aritmatik menjadi deret geometrik dan juga mengubah pertumbuhan penduduk dari deret geometrik menjadi deret aritmatik, hal ini yang disebut dengan Anti-Malthusian Theory , yang sebenarnya banyak sekali macam2 teori yang berkembang yang menentang teori Malthus ini.

    Namun, tidak masalah apakah anda pendukung Teori Malthus atau yang menentang Teori Malthus, karena kedua-duanya bisa menjadi contoh baik untuk mempelajari barisan geometri dan barisan aritmatika seperti artikel kang Jupri ini. :mrgreen:

  3. mengurangi polusi, mengurangi penggunaan bahan bakar karbon, mengurangi penebangan….bla bla bla…masih banyak yg bisa dilakukan untuk memperbaiki bumi…kalau bumi sehat, pangan bisa berlimpah….nah, tinggal manusianya yg dianjurkan untuk ber-KB…hehehe

  4. Jadi ngeri membayangkan prediksi Malthus seandainya itu benar. Dalam konteks seperti itu, saya kira setiap warga bumi harus menyadari bahwa rusaknya lingkungan benar2 akan menjadi “kiamat” bagi semua penduduk dunia. Betul sekali, Pak Al-Jupri, rusaknya alam dan lingkungannya karena ulah tangan jahil manusia yang tidak memikirkan dampaknya pada masa yang akan datang. Mari kita jadikan hari esok lebih baik melalui aksi penyelamatan lingkungan. Sekarang juga!!! OK, Pak, salam hangat.

  5. hoek

    wah! teori malthus! saia baru tau waktu kelas 3 dolo…hmm, kalo postingan matematika yang ini saia mudenk! emang manusia itu serakah sangadh bang!

  6. Dan kita bangga dengan kerusakan yang terjadi.

  7. cK

    ini termasuk blog action day khan?? *ngirim trekbek*

  8. kayak pak deking…
    semuanya dipandang dari matematika…
    Pucinggggggggg……. 🙂

  9. Terimakasih atas segala komentarnya. Untuk Caplang, mudah-mudahan bermanfaat. Untuk Pak Yari, terimakasih atas infonya. Untuk Fisto, terimakasih tambahan usulannya. Untuk Pak Sawali, betul Pak, ngeri kalau dibayangin, tapi mudah-mudahan dugaan Malthus salah. Untuk Hoek, ya setuju. Untuk Pak Agor, setuju! Untuk cK, iya. Untuk Telmark, makasih atas kunjungannya. 😀

  10. Pingback: Selamatkan Bumi Tercinta « cK stuff

  11. Saya juga baru tahu teori Malthus.
    Buanglah sampah pada tempatnya. Walah, kesadaran manusia zaman sekarang untuk itu sudah hampir ilang. Moga aja kita tetap sadar dan mencintai lingkungan.
    _________
    Al Jupri says: Iya mba, saya juga baru tahu teori Malthus ini ketika saya belajar Biologi di kelas 3 SMP, tahun 1997, 10 tahun yang lalu. Saya masih ingat teori ini, karena cukup terkesan dengan pelajaran biologi yang disampaikan guru saya yang hebat itu, kereeen, ngajarnya penuh semangat, berapi-api, membekas di relung hati ini.

    Ya, mudah-mudahan kita sadar lingkungan. Amin 😀

  12. Teori Malthus kok deretnya mirip reaksi fusi nuklir yaa ya Kang ??? tak terkendali dan berpecah terus menurut deretnya… Jadi sebagaimana Ledakan Bom maka pendudukpun akan meledak dan makananya tidak bisa seimbang… mungkin seimbangnya kalau sudah hancur atau dihancurkan baru menjadi harmoni kembali…

    Ahh menarik sekali teks ini dibaca… jangan2 saya jadi pinter matematika versi kang Jupri… 🙂

  13. Malthus teory kok deretnya mirip reaksi fusi nuklir yaa ya Kang ??? tak terkendali dan berpecah terus menurut deretnya… Jadi sebagaimana Ledakan Bom maka pendudukpun akan meledak dan makananya tidak bisa seimbang… mungkin seimbangnya kalau sudah hancur atau dihancurkan baru menjadi harmoni kembali… Ahh menarik sekali teks ini dibaca… jangan2 saya jadi pinter matematika versi kang Jupri… 🙂

  14. wah serem banget yah ternyata perkembangan populasi itu. tapi saya males nginget teori ini lama2. ntar malah kalo ada yang ngelahirin saya malah nggak bisa ikut2an senang. huhuhuhu

    kebayang kalo jumlah penduduk itu nggak bisa di tahan dan terus berjalan seperti htung2an itu. padda saat sumber daya alam udah nggak bisa di eksploitasi bisa2 mereka malah makan sesama yah?
    bis udah nggak ada yang bisa di makan…..
    huhuhuuhhu
    jangan2 udah. 😆

    sedikit kaget juga pas lihat tulisan arab diatas itu, sebelumnya saya hampir tergoda untuk fast reading tapi pikir saya masa iya sih Tuhan menciptakan bencana untuk mengurangi populasi. huhuhuhuhu
    tapi setelah saya baca lagi pelan2 baru sedikit nyadar bahwa ternyata yang menghancurkan dan mengundang bencana yah manusia itu sendiri. karna ulahnya tak melestarikan bumi. huhuhu
    saya baru pulang dari rumah seorang teman dia bilang “Sains tanpa agama bagai manusia berotak tapi tak berhati. Sebaliknya agama tanpa sains seperti manusia berhati tanpa otak.”
    huhuhuu sepertinya sains dan ilmu pengetahuan memang memerlukan agama untuk dapat berpikir melestarikan bumi.

    nice post.

  15. rhyzkey

    yupsz, Q stuju tuh dgn yg da dlm al Quran bhw krusakan 2 pasti trjdi
    tp ya pling gak dgn bgtu kt bisa adar lah
    y gak
    inga,,,inga ting

Leave a reply to hoek Cancel reply