Satu, Dua, dan Tiga

Oleh: Al Jupri

Satu-satu aku sayang ibu

Dua-dua aku sayang ayah

Tiga-tiga aku sayang…

Satu, dua, tiga, sayang semuanya

Ya, syair lagu ini sering saya dengar dinyanyikan oleh anak-anak di bawah umur 7 tahun. Bagi Anda yang pernah mengenyam pendidikan TK* saya percaya sudah hafal syair lagu ini dan tentunya mahir pula menyanyikannya.

Saya sendiri, jujur saja, tak bisa menyanyikan lagu tersebut. Maklum, selain tak pernah sekolah TK, saya pun termasuk orang yang tidak suka menyanyi, kurang suka mendengar musik, apalagi yang berisik. Entah sebabnya apa, saya pun tak begitu tertarik untuk mengetahuinya.

Lantas, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari syair lagu tersebut? Bila dibaca-baca, ada beberapa pengetahuan yang bisa kita gali darinya. Setidaknya, menurut saya, ada tiga hal yang bisa kita diskusikan di sini.

Yang pertama. Lagu ini secara tak langsung mengajarkan nilai-nilai agama dan moral pada anak-anak, pun bagi Anda yang sudah dewasa. Dalam ajarana agama saya, Islam, menghormati, menghargai, menyayangi, dan mendo’akan kedua orang tua merupakan salah satu bentuk amal bakti kita pada keduanya sebagai anak yang shalih. Karena salah satu amal yang, insya Allah, tak akan terputus, hingga kedua orang tua kita tiada adalah do’a anak yang shalih. Selain itu “kasih-sayang pada semuanya” merupakan nilai agama dan moral yang saya percayai sebagai sesuatu yang baik dan diterima siapapun.

Yang kedua. Dari segi bahasa, saya menemukan kata “aku”. Penggunaan kata “aku” yang berarti “saya” sepertinya terasa lebih puitis, romantis, dan menunjukkan rasa kepemilikan terhadap sesuatu yang teramat sangat, possessive.

Kata “aku” saya kesankan puitis karena saya teringat judul puisi karya Chairil Anwar yang terkenal itu. (Mohon maaf bila alasan ini sangatlah dangkal, maklum saya memang tidak mengerti “seni”).

Sedangkan kata “aku” saya kesankan sebagai bentuk rasa kepemilikan yang tinggi, possessive, itu hanya menurut perasaan saya saja. Bagi saya, penggunaan kata “aku” memiliki nilai “rasa” tersendiri yang punya kesan sangat possesive, menunjukkan keegoisan yang tinggi. Karena itu, saya hampir tak pernah menggunakan kata “aku” dalam berbagai kesempatan, baik lisan ataupun tertulis.

Sedangkan bagi mereka yang sering atau selalu menggunakan kata “aku” saya pikir mungkin karena terpengaruh bahasa daerahnya, bahasa ibunya, atau karena kebiasaan pergaulannya. Entahlah, saya tak tahu pastinya.

Oh, iya. Baris ketiga dari syair lagu ini sengaja tak saya tulis utuh karena saya sering mendengar variasinya, plesetannya. Selain karena saya tak hafal lagu ini, pun karena saya sengaja malas mencari tahunya. Padahal bila saya mau, gampang saja, tinggal cari atau bertanya, mudah. 😀

Sedangkan yang ketiga, dari syair lagu tersebut, kita pun bisa bermain-main dengan matematika. Setidaknya kita bisa memulai dari kata-kata “satu, dua, dan tiga.”

Satu dilambangkan “1”, dua dilambangkan “2”, dan tiga dilambangkan dengan “3”.

Bermain-main dengan ketiga bilangan ini, saya sih tak mau yang susah-susah, saya pilih yang sederhana saja, setuju? Juga saya maunya pakai operator tambah saja, biar tak begitu ruwet, biar banyak yang bisa mengikutinya. Syarat untuk bisa mengikuti “main-main” ini pun sederhana, cukup pernah duduk di bangku kelas satu SD atau madrasah Ibtida’iyah.

Baiklah. Bila setuju mari kita mulai main-mainnya.

Dari 1, 2, dan 3, dengan hanya menggunakan operator “+” kita bisa menghasilkan bilangan lain. Misalnya mari kita lihat satu contoh sederhana berikut.

1 + 3 = 4

2+ 3 = 5

1 + 2 + 3 = 6.

Dari contoh ini, sekarang kita punya bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Dari keenam bilangan ini, kita bisa meningkatkan derajat kesulitan “main-main”-nya. Misalkan seperti tampak pada Gambar 1 berikut.

lingkaran2.jpg

Gambar 1. 3 + 5 + 1 = 3 + 4 + 2 = 1 + 6 + 2 = 9

Gambar 1 menunjukkan lingkaran-lingkaran yang di dalamnya kita pasangi bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Lingkaran-lingkaran tersebut kita susun hingga bentuknya seperti segitiga. Bila kita jumlahkan bilangan-bilangan pada sisi-sisi “segitiga” tersebut, maka jumlahnya ternyata sama. Yaitu,

3 + 5 + 1 = 9

3 + 4 + 2 = 9

1 + 6 + 2 = 9

Nah, cara pengaturan posisi bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 hingga menghasilkan susunan seperti Gambar 1 ternyata tidaklah tunggal. Artinya, masih banyak kemungkinan lainnya. Misalnya seperti berikut ini.

Lingkaran pada “baris” pertama bisa kita isi bilangan 6;

Lingkaran-lingkaran pada baris kedua bisa diisi dengan 3 dan 1; dan

Lingkaran-lingkaran pada baris ketiga bisa kita isi dengan 2, 5, dan 4.

Sehingga jumlah bilangan di tiap sisi “segitiga” yang terbentuk adalah 6 + 3 + 2 = 6 + 1 + 4 = 2 + 5 + 4 = 11.

Nah, masihkah ada susunan lain? Silakan Anda mencarinya sebagai latihan ringan. Selamat mencoba! 😀

Sebenarnya masih banyak yang bisa kita “main”kan dari bilangan 1, 2, dan 3 walau hanya dengan operasi “+”. Tapi sepertinya, nanti artikel ini kepanjangan deh. Makanya, saya cukupkan sampai di sini saja ya?

=======================================================

Ya sudah segitu dulu saja untuk pertemuan kita kali ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Dan yang terpenting, mudah-mudahan ada manfaatnya. Amin.

23 Comments

Filed under Agama, Iseng, Matematika, Matematika SD, Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Matematika, Renungan, Sastra

23 responses to “Satu, Dua, dan Tiga

  1. DiN

    Baris tiga bunyinya yang diajarkan ke saya begini, Bang:
    “tiga, tiga, sayang ade kakak…”
    ___________
    Al Jupri says: Hihihi…, terimakasih mas. (Kenapa saya lupa dan tidak tahu ya? Sebenarnya saya lupa-lupa ingat, cuma karena ragu-ragu, ya saya biarkan saja kosong…). Hehehe… 😀

  2. Itu namanya Magic Pyramid ya, kalo nggak salah? Ada juga Magic Square kalau nggak salah 😀
    Omong2 banyak loh, lagu2 anak2 yang berbau matematis:
    contohnya:
    Balonku ada Lima…..Rupa2 warnanya… hijau kuning kelabu merah muda dan biru… meletus balon hijau.. dor! hatiku sangat kacau… balonku tinggal empat kupegang erat2! <—– Tuh kan ada unsur matematika2nya.

    Ada juga:
    Tekotekotekotek…. anak ayam turun berkotek 2x)
    Anak ayam turun 10… mati satu tinggal 9…. anak ayam turun 9… mati satu tinggal 8….
    gitu terus sampai… anak ayam mati semua! <—- Tuh kan ada unsur matematikanya.
    Tapi lagu ini ada juga versi shortcut-nya, begini:
    Tekotekotekotek….. anak ayam turun 10…. dibom atum mati semua! Tuh kan cepet! Nggak perlu repot2 hehehehe…..

    Ada lagi lagu anak2:
    Topi saya bundar, bundar topi saya, kalau tidak bundar, bukan topi saya! <—-Tuh kan ada unsur matematikanya mengenal bentuk geometris! Huehehehe…. maksa! 😀

    Ya udah segitu aja! 😀
    __________
    Al Jupri says: Pas baca komentar bapak, saya langsung ngakak habis. Hahaha…. lucu-lucu banget (terutama lagu “ayam berkotek”, pas baca short-cutnya…). Serius! Lucu abis (saya baru denger nih…). 😀

    Oh, iya. Lagu “ayam berkotek” ini juga lucu. Lucunya begini… “toket-tekot-toket” haha yang ini jangan dibaca ya? 😀

    Nah, untuk lagu “Topi Saya Bundar” saya bisa memelintirnya nanti, insya Allah akan jadi artikel yang menarik. Terimakasih buanyak nih info lagu-lagu anak-nya. Maklum saya tak hafal, jadinya agak sulit bagi saya buat bicara beginian. 😀

    Terus mengenai Magic square, sebetulnya saya pun berniat menyajikannya. Tapi, saya tak mau ujug-ujug menyajikan mentah-mentah begitu saja, saya lebih suka natural, muncul alamiah, tanpa harus menyebutkan ini lah magic square secara langsung. Biar kesannya beda gituuuu… hehehehe…. Atau, Pak Yari tertarik menyajikannya? 😀

  3. ralat:
    tertulis:

    Tekotekotekotek….. anak ayam turun 10…. dibom atum mati semua! Tuh kan cepet! Nggak perlu repot2 hehehehe…..

    Seharusnya:

    Tekotekotekotek….. anak ayam turun 10…. dibom atom mati semua! Tuh kan cepet! Nggak perlu repot2 hehehehe…..

  4. tien

    wah kreatif banget, ga kepikiran loh buat ngutak-ngatik 1,2 dan 3 di lagu itu, bagus.. bagus.. jadi terinspirasi nih, makasih ya! oh ya salam kenal aja
    _________
    Al Jupri says: Terimakasih. Salam kenal juga. 😀

  5. ngajar matematika atau ngajar bahasa? hehe.
    Btw, tahu cangcorong nggak mas? ntar kalo infonya kasih tahu ya?…..
    ___________
    Al Jupri says: Kalau dilihat secara teliti sih, artikel ini bukan untuk ngajarin lho… 😀 . Kalau pun dianggap ngajar, berarti bukan cuma ngajar matematika atau bahasa saja (agama + moral juga termasuk +…). 😀 . Kalaupun dianggap ngajar matematika atau bahasa, dan bikin bingung, saya bisa katakan begini, matematika adalah bahasa simbol, bahasa ilmu pengetahuan, bahasa universal yang mudah diterima di belahan Bumi ini. Jadi, jangan bingung ya, apakah ini bahasa atau matematika. Yang jelas, ini bisa berarti dua-duanya. Bagaimana? 😀

    Wah, ga tahu nih congcorang itu? Apakah congcorang itu sejenis belalang (biasa dikenal belalang sembah)? Terimakasih atas kunjungannya. 😀

  6. cK

    bukannya dua dua, juga sayang ayah? 😕

    btw niat banget bikin beginian :mrgreen:

    sekalian bahas lagu satu ditambah satu donk 😀
    ________
    Al Jupri says: Seperti yang tertulis di artikel ini, syair lagu ini cuma hasil ngedenger saja. Saya tak hafal betul syairnya (jadi mungkin sekali salahnya). Kasih tahu dong syair lengkap yang benernya… hehe. 😀

    Hmm, ga juga sih, ga niat-niat amat. Sebenernya saya mau menyajikan matematikanya, cuma biar terkait dengan yang lain, dan serasa enak gitu, jadinya saya kaitkan dengan lagu anak-anak ini.

    Untuk lagu satu tambah satu, lain kali saja ya. Mudah-mudahan ada konteks yang pas, enak, dan tidak serasa dibuat-buat. 😀

  7. baliazura

    klo bahas lagunya scih aku ga puzing tapi klo udah angka2x wah klo bukan bilangan uang sepertinya puzing juga:D
    _________
    Al Jupri says: Maaf ya mas, kalau bikin pusing. 😀 Iya deh, nanti angka-angkanya pake angka uang. 😀

  8. Sesuatu itu mudah untuk dibuat asalkan kita ada niat yang ikhlas…
    Sesuatu itu juga bisa dihubungkan asal bisa dihubungkan…
    Semoga tidak menjadikan sesuatu itu menjadi hal yang salah…semoga…
    _____________
    Al Jupri says: Terimakasih, Pak, komentarnya. Boleh kan saya mengomentari juga?

    Yang pertama:

    Sesuatu itu mudah untuk dibuat asalkan kita ada niat yang ikhlas…

    Ya, saya setuju dengan pendapat ini. Bila kita ikhlas, biasanya akan mudah dipahami. Karena itu, mohon dong bapak menulis, memberi contoh tulisan yang dibuat dengan dasar ikhlas ini, saya tunggu ya… Terimakasih. 😀

    Yang kedua:

    Sesuatu itu juga bisa dihubungkan asal bisa dihubungkan…

    Ya, setuju. Btw, syarat bisa dihubungkan itu seperti apa, Pak? Mohon dong bapak menulis, sehingga saya bisa meneladaninya. 😀 Terimakasih.

    Yang ketiga:

    Semoga tidak menjadikan sesuatu itu menjadi hal yang salah…semoga…

    Ya setuju. Bila memang di artikel ini ada kekeliruan, mohon koreksinya dari bapak yang sudah berpengalaman. Saya akan senang bila diberitahu kekeliruan saya di sini. Dan mohon bapak juga bisa memberi contoh, teladan, misal dengan menulis artikel yang bisa saya teladani. Terimakasih. 😀

    Atas tiga komentar bapak yang sangat berharga ini, saya ucapkan terimakasih banyak. Saya tunggu komentar dari bapak, saya tunggu kunjungan berikutnya, dan saya tunggu tulisan-tulisan buatan bapak sendiri. Terimakasih. 😀

  9. Saya nggak ada niatan kok untuk menyajikan Magic Square, lagian sepertinya kang Jupri lebih cocok deh. 😀
    Ok deh, ditunggu ya… Magic Square-nya!
    _________
    Al Jupri says: Wah jangan begitu dong Pak Yari. Siapa tahu sajian dari Pak Yari jauh lebih bermutu dari tulisan saya, dan saya akui tulisan bapak hebat-hebat/ bagus-bagus . 😀

  10. dwee

    Seandainya lagu itu dilanjutkan sampai sembilan, sayang siapa lagi ya?
    Uraiannya kreatif
    _________
    Al Jupri says: sayang siapa ya? Terimakasih. 😀

  11. Nyanyi itu juga ada hitung-hitungnya lho.
    Misalnya hitung ketukan,not… de el el.
    Ga suka nyanyi tapi suka dengarin nyanyian kan ??
    Tu banyak tau lagu anak-anak.
    _________
    Al Jupri says: Hmm, iya betul mba. NGedengerin lagu karena terpaksa kedengeran. Ini juga lagu-nya ga hafal (cuma antara hafal dan lupa. Lupa-lupa inget gitu). 😀

  12. doeytea

    Wah, lagu ini termasuk favorit anak saya nih. Syairnyapun bisa diubah-ubah sesuai situasi yang penting ada 1, 2, dan 3 nya.
    ________
    Al Jupri says: Ya setuju, Pak. Terimakasih atas informasinya. 😀

  13. 1 2 3 kusuka artikel ini….
    kreatif mbanget mas… suka main bilyarkah?
    sebab idenya dari bola2 bilayar… just comment for great articles
    _________
    Al Jupri says: Terimakasih mas Kurt. Saya belum pernah main bilyard (yang sungguhan), Tapi, kalau main bilyard-bilyard-an (game), pernah. Asyik juga! 😀

  14. DiN

    Ada lagi versi TK-Alqur’an.

    satu, satu.. kubaca syahadat
    dua, dua.. kudirikan shalat
    tiga, tiga.. kubayarkan zakat
    empat berpuasa,
    lima naik haji.
    ________
    Al Jupri says: TErimakasih atas tambahan info-nya. Memperkaya artikel ini. 😀

  15. Kang Jupri…
    I’ve just realised that you left a comment at my English blog concerning racism.
    I’m sorry to neglect your comment at the posting. But I do have neglected my English blog since who-knows. 😀
    Well, I came up with the answer to your query eventually. I deeply apologise for such delay! 😀
    ___________
    Al Jupri says: Ok Mr. Yari, it does not matter for me. I like your English blog. Reading some articles, and learning from it. I also have an English blog. But, it is still not good one. I still prepare to make it better. Someday, I will inaugurate it.

  16. Terlambat comment, nih. Maklum, sering nggak blogwalking. Lagi nulis buku ajar SD untuk KTSP. 😀
    Konon, pohon ilmu sebenarnya hanya ada 2, yaitu matematika dan bahasa. Sedangkan, ilmu2 yg lain tuh hanya cabangnya. *emm, apa bener begitu, ya?* Itu sebabnya, Pak Mendiknas pun meng-UN-kan mapel, juga hanya 2, yaitu Matematika dan bahasa (Indonesia dan Inggris). Ini artinya, kalau postingan Pak Al-Jupri selalu mengaitkan logika Matematika dan Bahasa tuh nggak salah. Malah bener 1000%, hehehehe.
    Ok, salam, kapan pulang ke Indonesia?
    ________
    Al Jupri says: Tidak apa-apa, Pak. Mudah-mudahan buku-nya segera beres dan berkualitas.
    Mengenai matematika dan bahasa, saya sependapat, saya pernah mendengar juga ada yang mengatakan begitu. Oh, iya. Insya Allah saya pulang tahun 2008. Salam juga… 😀

  17. ya2ks

    tlg donk kasih ide utk pengajaran math smp yg asyik gmn? da bukunya gk? thx b4. lam kenal
    _______
    Al Jupri says: Salam kenal juga. Setahu saya, belum ada buku yang berisi seperti itu. Kalau metode-metode pembelajarannya mah banyak (tapi ga mudah juga nyarinya). 😀

  18. Hik hik hik…pak guru ko serius amat…
    santai saja lah…
    Bagaimana kalau saya muridnya ya…yang suka iseng…
    Sorry kalau sedikit terusik…
    _________
    Al Jupri says: Hik hik hik…, kok bapak juga serius sih? 😀 Ga apa-apa kok, Pak. Saya juga nyantai aja, ga terusik, malah saya senang sekali dapat masukan dari yang sudah pengalaman seperti bapak. 😀 Kalau bapak muridnya, apa ga kebalik nih? 😀 Maaf, ya Pak, saya ga terusik kok. Bapak juga ga terusik kan? 😀 (Kalau terusik sih harusnya menulis sesuatu yang bisa dijadikan teladan bagi saya, iya ga? Karena bapak ga menulis sesuatu, artinya bapak ga terusik kan? Mudah-mudahan bapak jadi terusik! Maaf ya, Pak. Saya emang suka usil. Oh, iya. Maaf lagi, ini cuma becanda saja. Maaf, Pak. Hehehehe :mrgreen:

  19. sjafri mangkuprawira

    mr math,
    saya senang sekali membaca artikel ringan anda; mudah dipahami dan perlu…..
    salam karya
    _________
    Al Jupri says: Terimakasih, Prof. Terimakasih juga atas kunjungan dan komentarnya. Makin bikin saya semangat nih… 😀

  20. Saya tahu kenapa dari lagu 123 di atas Bpk. Al-Jupri tidak menuliskan baris ke-3 dengan lengkap. Pelesetan dari syair baris 3 itu kan kalo pikiran orang lagi ngerez, bisa salah kaprah. Apalagi yang nyanyi seorang mahasiswI tingkat 1 (kalo sebelum tahun 2000 tuh masih ada ospek) nyanyi di depan kakak seniornya yang mahasiswA.
    Just 4 blow-up your ideas!

  21. Mumpung belum puasa :mrgreen:
    Saya jadi inget lagu….

    Satu-satu… sayang selingkuhan….
    dua-dua….. sayang pacar baru…..
    tiga-tiga…. baru sayang istri…..
    satu dua tiga…. k’luargaku berantakan…..

    huehehe…. :mrgreen: pengalaman pribadi kok dibawa2 sih!

    For those who are family men, please don’t try sing this at home!
    :mrgreen:

    Mohon maaf bagi yang nggak berkenan membaca komen ini, kalau anda merasa terganggu anggap saja ini komen terbodoh yang pernah anda baca! 😀

  22. Zanra_GTG

    Sebenarnya yang diajarkan dalam lagu ini adalah agar kesan pelat seorang anak TK tidak ketahuan, anak TK biasanya menyebutkan ‘r’ dg ‘l’, sekarang liat lagu tersebut gak mengandung unsur r sama sekali….!!

Leave a comment