Dari Kopdar Sampai Review Cerpen

Oleh Al Jupri

“Assalamu’alaikum. Bisa bicara dengan Pak Sawali?” tanya saya lewat sambungan telpon.

“Wa’alaikum salam! Enggih, saya sendiri Pak!” jawab beliau dengan mantap.

Begitulah awal perbincangan saya dengan Pak Sawali–seorang blogger super tenar di dunia maya ini. Singkat cerita kami pun bertemu di rumah beliau, alias kopdar, di tanah Kendal Jawa Tengah beberapa hari lalu.  Sebagai fakta bahwa kami bertemu, berikut ini gambarnya.

dsc03894 Gambar: Kiri: Pak Sawali dan kanan: Al Jupri foto diambil oleh Mezzalena

Banyak yang kami obrolkan: mulai dari masalah blog, silaturahmi sesama bloger, hingga  penulisan cerpen. Cerita detailnya, bisa dilihat di sini!

Sungguh beruntung bagi saya, di tengah perbincangan, Pak Sawali menghadiahi saya buku kumpulan cerpen: “Perempuan Bergaun Putih” karyanya. Karena itu, dengan senang hati, saya pun akan mereview salah satu cerpennya yang berjudul: “Perempuan Bergaun Putih”--sama dengan judul bukunya.

Review Cerpen: Perempuan Bergaun Putih

Sebagai penikmat cerpen yang masih pemula, sekurang-kurangnya, ada tiga catatan yang bisa saya berikan.

Yang pertama: usai membaca paragraf pertama cerpen tersebut saya terdiam: berimajinasi, membayang-bayangkan, dan menebak-nebak kemungkinan isi cerita yang akan saya baca. Berikut cuplikan paragrafnya.

Bulan yang bagaikan sepotong semangka menggantung di bibir langit yang berkabut. Cuaca temaram. Angin malam berkesiur lembut, menaburkan hawa busuk kematian. Seisi kampung seperti tenggelam di bawah jubah gaib malaikat maut. Sesekali terdengar samar lolong serigala di hutan jati yang jauh, seperti memanggil-manggil arwah para penghuni lembah kematian.

Bagi saya, cukup dengan membaca awal pargaraf ini, saya bisa menduga bahwa sang pengarang memiliki perbendaharaan kata yang luas. Lewat pilahan kata-katanya yang memikat, dia mampu menggambarkan betapa mencekamnya suasana cerita. Karena itu, adrenalin keberanian saya tertantang: apakah saya seorang pemberani atau penakut. Selain itu saya pun berharap, dengan menamatkan cerpen tersebut, saya akan menemukan kejutan-kejutan yang mencengangkan.

Tapi sayang, harapan saya seperti bertepuk sebelah tangan. Setelah cerpen ludes saya baca, saya merasa kecewa. Aroma menakutkan yang dijanjikan paragraf awal tersebut tak saya dapati. Saya seperti dibohongi oleh pilahan kata-kata memikat sang pengarang. Karena itu, saya bisa mengatakan, deskripsi yang disajikan sang pengarang cukup berlebihan: bernada hiperbolis dengan balutan kata-kata terpilih yang akhirnya kurang efektif.

Yang kedua. Seringkali sang pengarang mengulangi kata-kata, kalimat, atau bahkan paragraf yang sama. Di satu sisi, cara ini berguna untuk menguatkan ingatan pembaca, dan pula menguatkan betapa pentingnya kejadian yang terdeskirpsi lewat kata-kata atau kalimat-kalimat yang diulang-ulang. Tapi di sisi lain, hal ini bisa berakibat fatal: pembaca akan merasa dianggap tidak cerdas menangkap kandungan isi cerita; pembaca akan merasa bosan dengan pengulangan-pengulangan kata-kata atau kalimat yang terlalu sering; dan yang jelas, bila ditinjau dari efektivitas sebuah karya tulis, pengulangan alias repetisi itu merupakan sesuatu yang berlebihan dan sebisa mungkin wajib dihindari.

Satu contoh bentuk pengulangan yang cukup mengganggu saya adalah diulangnya satu paragraf utuh dari halaman 11 ke halaman 15. Paragraf yang diulang tersebut seperti berikut ini.

Percakapan dua penduduk kampung di tengah kesunyian dan kesiur angin yang mencekam itu tiba-tiba terhenti ketika serombongan burung gagak berkaok-kaok, berkelebat di atas bubungan atap-atap rumah, menaburkan hawa busuk ke seluruh penjuru kampung. Konon, burung-burung gagak itu diyakini sebagai jelmaan arwah para penghuni lembah kematian. Para penduduk juga meyakininya sebagai pertanda buruk. Sebuah bencana akan melanda perkampungan di bibir hutan jati itu.

Dengan sedikit berpikir matematis, saya bisa memperkirakan banyaknya huruf-huruf yang terhambur. Caranya, kita perkirakan banyaknya huruf yang ada dalam satu baris. Kemudian kita kalikan dengan banyaknya baris. Maka itulah perkiraan banyaknya huruf yang dihamburkan.

Untuk kasus paragraf berulang tersebut, saya perkirakan banyaknya huruf tiap baris adalah 60. Karena paragraf tersebut ada 7 baris, maka perkiraan banyaknya huruf yang ada adalah 7 x 60 = 420. Nah, karena ada satu baris yang panjangnya tidak sama, maka perkiraan banyaknya huruf yang ada, saya perkirakan ada 400 an—yakni dari 420-20. Silakan cek apakah perkiraan saya terlalu jauh atau tidak, dengan menggunakan fasilitas wordcount, di ms word. 😀

Dengan mengetahui banyaknya huruf yang terhambur seperti ini, tentu sedikit banyaknya bermanfaaf bagi kepentingan bisnis penerbitan. Andai tak ada pengulangan, ada berapa banyak kertas yang bisa dihemat dan digunakan untuk mencetak buku-buku lainnya? Ujung-ujungnya, bisa menghemat biaya produksi. Betul? 😀

Yang ketiga. Dari cerpen ini, setidaknya saya bisa menduga sang pengarang cukup akrab dengan dunia yang berbau mistis–entah pengalaman pribadi atau orang lain. Selain itu, saya menangkap sinyal bahwa, lewat tokoh-tokoh cerita yang terlibat serta suasana yang tergambarkan, sang pengarang saya pikir cukup berhasil menggambarkan sisi lain budaya lokal leluhurnya.

=======================================================
Ya sudah segini saja ya jumpa kita kali ini. Mudah-mudahan artikel ini ada manfaatnya. Amin.
Sampai jumpa di artikel mendatang!
=======================================================
Catatan penting banget:

Terimakasih pada Pak Sawali yang sudah menerima saya dengan baik di kediamannya serta menghadiahi buku  istimewa karyanya. Terimakasih banyak, ya, Pak! 😀 Artikel ini saya hadiahkan untuk beliau. Semoga diterima dengan senang hati. 😀

Catatan yang wajib dibaca:

Saya melarang siapapun Anda yang berminat menerbitkan ulang baik sebagian atau seluruhnya dari karya-karya (tulisan-tulisan) saya di blog ini tanpa seijin dari saya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih!

17 Comments

Filed under Bahasa, Book, Cerita Menarik, Cerpen, Curhat, Daftar Blogger, Harapan, Indonesia, Iseng, Matematika, Matematika SD, Matematika SMA, Matematika SMP, Matematika Universitas, Menulis, News, Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Matematika, Renungan, Sains, Sastra, Tokoh

17 responses to “Dari Kopdar Sampai Review Cerpen

  1. terima kasih banget review-nya, pak jupri, sangat berharga buat saya. terima kasih juga atas kunjungan silaturahminya, sungguh tak terduga saya bisa ketemu di darat dengan pak jupri. semoga silaturahmi ini terus berlanjut pada kesempatan yang lain. jangan lupa kontak saya kalau pas main ke jateng. mohon maaf kalau sambutan saya dan keluarga kurang berkenan, hehe … review-nya bagus banget, pak. mestinya diikutkan kontes, hiks.

  2. @Sawali Tuhusetya: Iya, Pak, sama2. Saya ang makasih banget udah dijamu dengan baik, diberi buku, diajak ngobrol, dll. 😀

    Maaf Pak, klo reviewnya jelek… 😀

  3. Ada beberapa pertanyaan (satu biji berupa komentar) yang mengganjal: :mrgreen:

    Pertama. Ini postingan kopdar berbau matematika atau postingan kopdar berbau reviu cerpen… **halaah**

    Kedua. Kok analisa penghematan bisnis percetakannya nggak diteruskan hingga memperkirakan berapa juta/milyar rupiah yang dapat dihemat oleh perusahaan percetakan tersebut dari dihindarinya paragraf pengulangan tersebut dengan kaitannya harga kertas sekarang **halaah nanti malah jadi postingan kopdar berbau cost accounting lagi**

    Ketiga. Itu foto diambil oleh mbak mezzalena. Berarti mbak mezzalena hadir dong. Tetapi kok kenapa mbak mezzalenanya nggak diceritakan sama sekali ya?? Apakah ini permintaan pribadi mbak mezzalena yang mungkin sangat pemalu antinarsisistik itu?? :mrgreen:

  4. wahhh semakin iri
    banyak sudah sobat blogger yang sudah bertemu dengan “Perempuan bergaun putih” itu
    saya kepengen sekali bertemu dengan pak sawali

    salam kenal yah mas sebelumnya
    sukses selalu buat mas

  5. Pertemuan dahsyat. Selamat jadi ngiri he he … kapan ya bisa ketemu Kang Jupri dan Mas Sawali he he

  6. Wah senangnya.. saya juga pingin ketemu selebritis kayak pak sawali..

  7. @Yari NK: Ini postingan kopdar, review cerpen dan sedikit matematika. 😀 Oiya, maaf analisanya amat sedikit di sini, karena saat nulis artikel ini agak terburu waktu. 😀 Mmmm… itu bukan permintaannya, saya saja yang menuliskannya begitu. 😀

    @Gelandangan: Salam kenal juga… 😀

    @Ersis Warmansyah Abbas: Kapan Pak kita bisa ketemu? 😀

    @Danta: Iya… 😀

  8. Wak…. komenku tertelan Akismet 😦

  9. @Yari NK: Komen yang mana Pak? Kok ga ada tuh… 😀

  10. Wah…. nggak ketemu di kotak akismet ya?? Ini udah kedua kalinya loh, pertama2 di blog ini. Ternyata Akismet itu tidak 100% pandai menangkap ya?? :mrgreen:

    Cuma mau komen, dikirain postingan kopdarnya masih berlanjut. Yang postingan ini mengenai Pak Sawali, postingan berikutnya mengenai mbak mezzalena. Eh, nggak tahunya udah the end. Saya Pembaca kecewa….. :mrgreen:

  11. @Pak Yari: Saya juga kecewa Pak ga ditulis *Bacanda2* 😀

  12. @Yari NK: Kecewa ya Pak? Mmmm…. nanti saya tulis deh… tapi mau minta ijin dulu ke beliau..
    😀

    @mezzalena: Mau saya tulis mba? Boleh ga? *Katanya ga mauuuuu…. gmn sih? :-p 😉 *

  13. Aduuuh.. kok aku jadi senyum-senyum baca postingan ini. Bukan apa-apa, cuma membayangkan kopdar dengan mbak Mezza. Akhirnya terjadi juga. Sayang nggak ada ulasannya.

    *pembaca kecewa*

  14. @Mbak Yoga: Kenapa senyum-senyum Mbak membayangkan kopdar dengan saya?

    Jadi kapan nih saya bisa kopdar juga sama Mbak Yoga? 😀

    @Pak Al: Tuh Pak, pembaca kecewa gara-gara ga ada ulasan tentang saya. Hehehe 😉

  15. @Yoga: mba udah dibales tuh komennya sama yang bersangkutan. 😀 Kenapa kecewa? 😉

  16. citra Dewi

    Mas Jupri,
    klo saya sampe nanti saya kontak situ yah. Minta nomor HP-nya..
    Plus itu jambu dirumah kapan berbuahnya? Masih di banten kan?

  17. @Citra Dewi: Mba, sy udah di Bandung. 😀

Leave a reply to citra Dewi Cancel reply