Cara Mengajar Matematika, Bagaimana?

Oleh: Al Jupri

Bagaimana sih cara mengajar matematika itu? Bila pertanyaan ini diajukan ke guru matematika, tentunya akan dapat jawaban berdasarkan pengalamannya. Bila pertanyaan ini diajukan pada guru, yang bukan guru matematika, kemungkinan besar masih dapat jawaban juga berdasarkan pengalamannya mengajar bidang lain (ia akan mereka-reka, menganalogikan cara mengajarnya pada cara mengajar matematika). Namun, bila pertanyaan ini diajukan ke sembarang orang yang bukan guru, apa jawabannya? Tentunya mereka juga bisa menjawab berdasarkan pengalamannya ketika menjadi siswa di sekolah. Pertanyaan ini hampir mustahil bisa dijawab oleh orang yang sama sekali tak pernah sekolah atau mengenyam pendidikan, mereka ini hampir dipastikan tak kenal dengan “mahluk” yang namanya matematika.

Baiklah, bila pertanyaan itu diajukan ke saya. Apa jawaban saya? Sebentar, sebelum saya jawab, saya akan menjawab pertanyaan ini dengan memposisikan diri sebagai: (1) siswa yang pernah belajar matematika, ini bagian yang akan paling sering saya gunakan untuk menjawab karena saya pernah belajar matematika sejak SD; dan (2) guru, yang pernah belajar mengajar matematika.

Jawaban saya itu begini. Hingga saat ini, kata beberapa literature dan para ahli, tak ada cara terampuh yang dapat digunakan untuk mengajar matematika secara efektif. Cara apapun yang digunakan ada kelebihan dan ada kelemahannya. Yang saya maksud “cara mengajar” di sini bisa meliputi metoda/teknik mengajar atau pun pendekatan mengajar (lebih tepatnnya pembelajaran). Apa itu saja jawaban saya terhadap pertanyaan tersebut?

Yang saya pahami, orang bertanya tentang cara mengajar itu, artinya bagaimana sih sebenarnya agar tujuan pembelajaran matematika itu tercapai? Tujuan pembelajaran matematika yang saya maksud, ada dua hal. Tujuan jangka pendek, disebut juga tujuan materil dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa, siswa diaharapkan dapat memahami materi matematika yang dipelajarinya dan dapat menggunakannya pada pelajaran lain atau pada kehidupan (praktis) nyata dan bekal untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan tujuan jangka panjang pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa siswa itu dapat mengambil “nilai-nilai matematika” dan mengaplikasikannya untuk kehidupan. Nilai-nilai matematika yang saya maksud meliputi: penalaran, kedisiplinan = ketaat-azas-an, kejujuran, kebertanggungjawaban, kesetiakawanan, keimananan, dsb.

Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tujuan pembelajaran matematika itu dapat tercapai.

Pertama: Gurunya itu sendiri bagaimana?

Apakah sang guru/pengajar, yang akan mengajarkan matematika itu, kompeten, layak, sesuai keahliannya? Seorang guru/pengajar matematika dikatakan kompeten bukan hanya teruji dari kemampuannya saja dalam menguasai materi. Tapi juga apakah ia mampu menyampaikan materi itu pada orang lain, siswa? Syarat minimal seseorang (guru, pengajar) bisa menyampaikan materi yaitu, bisa bicara di depan siswa untuk menyampaikan apa yang dipahaminya. Banyak yang mengerti dan paham tentang matematika, namun sukar untuk bisa menyampaikannya ke orang lain. Hal ini pernah saya saksikan sendiri ketika jadi siswa. Tapi, saya percaya, pada guru yang mampu menyampaikan materi matematika dengan baik, pemahamannya saya fikir baik juga.

Dengan demikian, penguasaan materi dan kemampuan menyampaikannya (ke orang lain) adalah syarat perlu untuk mampu mencapai tujuan pembelajaran matematika, tapi ingat ini belum cukup. Belum cukup menjamin bahwa tujuan pembelajaran matematika itu akan tercapai.

Seorang guru/pengajar yang pemahaman materinya dan penyampainnya bagus pun masih perlu belajar, memperkaya diri dengan banyak membaca, tak berpuas diri dengan kemampuan yang sudah dimiliki, dan tentunya perlu melakukan persiapan sebelum pembelajaran. Sehebat apapun seorang guru, bila mengajarnya tidak dipersiapkan, saya pesimis tujuan pembelajaran itu akan tercapai. Bagaimana dengan yang sudah berpengalaman? Ya, tanpa kecuali.

Kedua: Siswanya itu bagaimana?

Yang perlu diperhatikan oleh seorang guru/pengajar, yang akan mengajar matematika, adalah bahwa: siswa yang belajar matematika itu kemampuannya beragam. Ada yang cepat menangkap pelajaran, ada yang biasa saja, dan ada yang kurang cepat. Mereka semua, pastinya ingin bisa matematika yang mereka pelajari.

Oleh karena itu, kita, selaku guru yang mengajar, tak boleh menganggap kemampuan mereka sama dengan kemampuan kita. Maksudnya, jangan menganggap pemahaman mereka, pada saat kita mengajar mereka, sama dengan pemahaman kita yang sudah belajar sebelumnya. Kebanyakan dari mereka (siswa) perlu waktu yang relatif lebih lama dibanding kita yang sudah belajar, yang sudah mengenal materi sebelumnya, yang sudah pengalaman sebelumnya, yang sudah mahir sebelumnya, dan yang sudah pandai sebelumnya. Jadinya, bila menerangkan, jangan terlalu cepat pun jangan terlalu lamban. Ini juga bukan berarti menganggap remeh kemampuan siswa. Seringkali yang terjadi, guru menerangkan dengan tempo yang sangat cepat, sesuai kecepatannya dalam memahami materi, kurang memperhatikan apakah siswanya dapat mengikutinya atau tidak. Guru menerangkan seenaknya saja. Tindakan seperti ini, kemungkinan besar hanya bisa diikuti oleh sebagian kecil siswa saja, hanya yang pandai saja. Sedangkan sebagian besar siswa lain (saya perkirakan sekitar 90 %), akan merasa terseret-seret, tak sanggup mengejar kecepatan guru dalam menerangkan.

Mungkin penjelasan ini sulit dipahami oleh mereka (guru/pengajar atau siapapun) yang (sangat) pandai matematika, yang belum pernah merasa kesulitan dalam belajar matematika. Bagi orang-orang semacam ini, mereka selalu menganggap bahwa pemahaman siswa yang diajarnya sama dengan dirinya yang sudah pandai itu. Biasanya, bila mereka berhadapan dengan siswa yang kurang cepat dalam belajar, akan menganggap “bodoh” ke siswanya. Ungkapan-ungkapan semacam mengumpat dan mencela ke siswanya, seringkali sulit terhindari. Misalkan ada siswa SMA yang tak bisa menentukan nilai x yang memenuhi persamaan “x + 1 = 3″. Guru yang termasuk golongan ini, kemungkiann besar akan berkata “Masa sih gitu aja engga bisa?” “Ngerjain soal yang dasar begitu aja engga bisa, kenapa kamu bisa lulus SMP?”, “Cape deeeeeh“, dsb. Tapi, bagi saya, kata-kata semacam ini bukanlah kata-kata yang pantas keluar dari seseeorang yang dinamakan guru (pendidik)/pengajar. Guru/pengajar semacam ini tak dapat memposisikan dirinya pada diri siswa yang diajarnya, pada siswa yang ingin belajar, pada siswa yang ingin mengerti dengan apa yang dipelajarinya. Ia “membunuh” siswanya secara perlahan.

Kesal, kecewa, jengkel terhadap siswa kita yang engga ngerti-ngerti itu biasa, manusiawai. Nah, di sinilah letak diperlukannya jiwa kesabaran, ketabahan, rasa kasih sayang dan empati pada siswa kita yang sedang belajar. Ingat, mereka juga manusia yang perlu diperlakukan secara manusiawi, perlu dihargai. Bagaimanapun kemampuan mereka.

Oleh karena itu saya mengajak pada bapak dan ibu guru atau siapapun pengajar matematika untuk memposisikan diri kita pada posisi siswa. Bayangkan bila Anda tak mengerti akan sesuatu, padahal Anda ingin sekali mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu itu, karena Anda ingin bisa. Bayangkan pula, bagaimana perasaan Anda, bila yang menjelaskannya sangat cepat, kurang memperhatikan Anda, tak mempedulikan Anda bisa mengerti atau tidak. Pastinya, sakit rasanya, pedih hati Anda dibuatnya, saya (insya Allah) jamin Anda pasti merasa sengsara, Anda akan merasakan yang namanya penderitaan batin. Rasanya, tak bisa dibayangkan, sengsara seumur-umur. Anda akan merasa bodoh, minder, takut, dan sebagainya. Nah, siswa juga SAMA seperti Anda yang butuh mengerti sesuatu (dalam hal ini Matematika).

Oh iya, banyak juga guru yang hanya memperhatikan siswa-siswanya yang pandai saja. Siswa yang pandai dijadikan tolak ukur apakah yang ia sampaikan itu dapat diikuti atau tidak. Guru semacam ini asyik menjelaskan, asyik menyampaikan materi. Untuk mengecek apakah siswanya mengerti atau tidak, ia hanya mengecek pada siswa yang pandai saja. Akibatnya, banyak siswa lain tak dapat mengikuti pembelajaran, siswa lain tak mengerti materi yang mereka pelajari.

Dengan memperhatikan hal ini, seharusnya kita, selaku guru introspeksi diri, apakah kita sudah bener ngajarnya atau belum? Sudah memperhatikan kondisi dan kemampuan siswa atau belum? Jangan-jangan, banyaknya siswa yang tak mengerti itu gara-gara kita tak memperhatikan mereka, kurang peka terhadap mereka, gara-gara kita masa bodoh apakah mereka mengerti atau tidak, yang penting kita sudah mengajar saja, sebodo amat mereka mau mengerti atau tidak, dan sebagainya.

Ketiga: Sarana dan prasarana pembelajarannya bagaimana?

Hal ini pun sedikit banyaknya berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Yang saya maksud sarana dan prasaran di sini bisa meliputi: kelayakan tempat belajar (ruang kelas, ada-tidaknya laboratorium, dsb), ketersediaan alat-alat belajar (papan tulis, buku text, dsb), ketersediaannya media pembelajaran, dlsb.

Yang keempat, apa ya? (Silakan ditambahi sendiri! Tulisan ini masih dalam proses pemikiran, jadinya kapan saja bisa saya perbaharui).

Lho, cara mengajarnya bagaimana sih sebenarnya? Kok dari tadi belum diperjelas?

Sekali lagi saya tegaskan, berdasarkan literature dan pendapat para ahli, tak ada cara mengajar matematika terbaik/terampuh? Dengan demikian, sederhanyanya begini saja dulu, lakukan saja cara mengajar yang selama ini sudah bisa Anda lakukan! Namun perhatikan dan pertimbangkan beberapa hal yang sudah dituliskan di atas, silakan kalau perlu lengkapi dengan hal-hal yang luput dari perhatian saya. Silakan Anda pakai metode apapun, misalnya ceramah (toh ini yang paling banyak dipakai dan digemari guru-guru matematika di Indonesia, bahkan juga di dunia mungkin?), silakan juga metode-metode lama atau terbaru lainnya. Semua metode ataupun pendekatan pembelajaran, masing-masing punya keistimewaan. Metode atau pendekatan apapun yang Anda pakai, bila dioptimalkan, niscaya tujuan pembelajaran matematika yang diidam-idamkan itu, insya Allah, dapat dicapai.

Pada kesempatan lain (di artikel lain mungkin), insya Allah saya akan tuliskan bagaimana cara mengajar matematika dengan menggunakan metode atau pendekatan tertentu. Yang sedang saya pelajari sekarang, insya Allah hingga satu setengah tahun kedepan, adalah tentang pendekatan RME (Realistic Matematics Education).

Wahai pembaca sekalian, menurut Anda bagaimana?

Iseng-iseng: Kenapa 1 > 0?

====================================================

Update: Artikel ini bisa juga dibaca di Radar Banjarmasin, dengan sedikit suntingan di sana-sini oleh Ersis Warmansyah Abbas. Judulnya juga sedikit diubah. Seperti berikut ini.

1. Bagaimana Mengajar Matematika? (Part 1)===> Diterbitkan pada Selasa, 4 September 2007.

2. Bagaimana Mengajar Matematika? (Part 2)===> Diterbitkan pada Rabu, 5 September 2007

93 Comments

Filed under Harapan, Matematika, Matematika SD, Matematika SMA, Matematika SMP, Pembelajaran, Pendidikan, Pendidikan Matematika

93 responses to “Cara Mengajar Matematika, Bagaimana?

  1. Sebentar pak…., ini topiknya pembelajaran ya?? Kalo gitu saya siapin SAP, GBPP, dan silabinya dulu…. **pura-pura sibuk cari ketiganya, padahal nggak kebawa ke kampus**
    Tak bales…, perdanaxx

    Al Jupri says: Ga apa-apa Pak. Btw, istilah baru nih: Perdanax (atau sayanya aja yang ga tahu…?)

  2. Tujuan jangka pendek pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa, siswa diaharapkan dapat memahami materi matematika yang dipelajarinya dan dapat menggunakannya pada pelajaran lain atau pada kehidupan (praktis) nyata dan bekal untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan tujuan jangka panjang pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa siswa itu dapat mengambil “nilai-nilai matematika” dan mengaplikasikannya untuk kehidupan. Nilai-nilai matematika yang saya maksud meliputi: penalaran, kedisiplinan = ketaat-azas-an, kejujuran, kebertanggungjawaban, kesetiakawanan, keimananan, dsb.

    Yang saya cetak tebal dan garis bawah terasa membingungkan. Bukan pada kalimatnya, tetapi pada substansi kalimat itu.
    “Kenapa?” anda mungin brtanya demikian pada saya.
    “Begini pak, saya selama belajar matematika, dari SD lho, belum pernah mendengar ada guru yang minta, dengan terang-terangan ataupun simbolis/tidak terang-terangan, agar siswa bisa menggunakan pada kehidupan praktis. Hanya masyarakat sendiri, mungkin, yang menyadari bahwa penggunaan dalam kehidupan praktsi itu “hanya semata” karena bisa menghitung uang. Tetapi banyak kasus orang yang tidak sekolah juga bisa mengitung uang. Lalu, sebagai guru, apa mesti mengatakan kepada sisiwa agar nanti, setelah pulang, bisa mengunakannya dalam kehidupan nyata?”
    “Kemudian juga, mengambil nilai-nilai matematika dan mengaplikasikannya untuk kehidupan. Anda menyebut nilai-nilai itu sebagai berikut
    Penalaran –kayaknya ini ada hubungannnya.
    Kedisiplinan –lho apa hubunganya pak dengan matematika?
    kejujuran –apa hubunganya pula pak? Pejabat yang korup, mereka tahu matematika, bahkan juga “matematika yang diluar logika matematika” karena bisa saja bagi mereka 1+ 1 = bukan 2, melainkan 1.000.000 ?????
    kebertangungjawaban –juga apa hubungannya pak?
    Kesetiakawanan –lai=lagi saya bertanya, apa hubungannya?
    Keimanan -apalagi yang ini, bagaimana ya cara menghubungkannya?
    Mohon menjelasan. Kalau mau sih(ni intruksi alias fatwa) tulis saja artikel-artikel yang bisa menjelasakan misalnya.
    Hubungan antara matematika dengan kedisiplinan…..piyo sajane?
    Hubungan antara matematika dengan kejujuran
    hubungan atau korelasi matematika dengan sikap tanggungjawab
    Matematika dan kesetiakawanan, bagaimana penjelasanya.
    Dan yang ini menarik, apa hubungannya antara matematika dengan keimanan. Apakah orang yang makin paham matematika lantas makin tebal imannya?

    __________________

    Al Jupri says: Baiklah Mr Tajib, saya sudah menulis lebih dari satu halaman A4 satu spasi, untuk mengomentrai komentar ini. Tadinya akan langsung saya tuliskan di sini. Namun, akan lebih baik saya menjelaskannya dalam bentuk postingan. Makasih atas komentarnya, memacu dan menginspirasi saya untuk menulis.

    • Joko Milano

      Saya pikir Al Jupri ini terlalu PINTAR orangnya sehingga saya tidak paham apa yang ditulisnya, ataukah saya memang terlalu bodoh dibanding Al Jupri !!!

  3. jaman SMP, guru matematika saya gualak bianget. kalau gak bisa ngerjain soal yg dikasih langsung diguoblok-guoblokin. makanya banyak murid yg akhirnya gak suka matematika soalnya setiap ngelihat matematika yg kebayang malah mata pak guru yg merah (kaya mata banteng) sambil marah-marah (sampe ludahnya muncrat kemana-mana). jadinya matematika malah dianggap seperti “anak haram” atau “anak tiri”.
    tapi kadang guru/dosen di indonesia suka kejebak mitos: “guru/dosen galak atau killer adalah bagus!” padahal sejujurnya, paling nggak enak kalau diajar sama guru/dosen yang suka marah-marah atau sok galak.

    __________________
    Al Jupri says: Sama Pak, guru saya juga dulu banyak yang galak. Btw, dosen yang dianggap killer itu memang sering ditakuti, dianggap bagus oleh kebanyakan orang. Padahal belum tentu juga…

  4. menurut saya sich, metodelogi apaun ngak bakalan berhasil, kalo hati si pengajar tak ikut larut dalam prosesnya heheheh

    ___________
    Al Jupri says: setuju kang….

  5. Bachtzia

    tapi kalau saya lebih cepat mudeng dengan sering-sering latian soal

    ada lagi….
    sebagian memahami matematika dengan hanya menggunkan rumus dan tidak menggunakan logika .huhehehe….. *sok tahu

  6. Bachtzia

    kalau saya lebih cepat mudeng dengan sering-sering latian soal.begitu pak…

    ada lagi….
    sebagian siswa memahami matematika dengan hanya menggunkan rumus dan tidak menggunakan logika .huhehehe….. *sok tahu

  7. Bachtzia

    kalau saya lebih cepat mudeng dengan sering-sering latian soal.begitu pak…
    ada lagi….
    sebagian siswa memahami matematika dengan hanya menggunkan rumus dan tidak menggunakan logika .huhehehe….. *sok tahu
    (sekarang saya masih diajar (SMA) , hehehe…. )

    _____________
    Al Jupri says: Memang kebanyakan begitu mas…

  8. benar-benar guru yang demokratis
    Ganbatte Kudasai yah pak!!

    _____________
    Al Jupri says: waduh saya ga ngerti nih bahasa Jepang….

  9. bagi saya menarik dan tidaknya suatu pelajaran terggantung dari gurunya…kalo gurunya masih segar dan cantik pasti semangan belajarnya…;)

    __________________
    Al Jupri says: paling tidak gurunya yang menarik hati yah….?

  10. little_@

    tujuan jangka panjang belajar matematika kalo menurut aku satu lagi, boleh nambah?
    apa tuh?
    masuk surga
    kok? pinter matematika emang bisa masuk surga?
    ya iyalah… wong katanya tadi keimanan,dsb. dengan silogisme kasar ja dah kelihatan.
    aku se7 aja ma tuliasan diatas. sedikit ikutan cuhat… aku pernah mengalami loncatan kecerdasan yang luar biasa gara2 kuliah teori bilangan yang isinya pembuktian2 tok. pusing abis. kepala kayak di keriting, otaknya muter terus. abis tu aku iseng2 ja ikutan diskusi yang ceritanya tu membahas “TUhaN”. waaw….. nyaris logikaku jalan tanpa lampu merah. efeknya? akhirnya aku cuma bilang kuliah matematika mengingatkanku dan mengatakan padaku bahwa iman itu harus ada… benernya banyak hal ku rasakan tapi aku belum bisa menulisnya.

    ___________
    Al Jupri says: Selamat ya sudah bisa merasakan lompatan kecerdasannya. Btw, kapan ya kecerdasan saya bisa lompat?

  11. Hasan's unsur

    Matematika itu unik yah?
    Saya minta bntuanny,trkdang qta dpt mngrjakan soal,namun tuk mnjelaskanny pd teman ato yg laen sulitny minta ampun,apa karena saya belum memahami teori tersebut scara benar?Saya prnah mndapat prtanyaan,mengapa 1 putaran 360 derajat?Truz nilai sincostan ntu apakah ada rmus pstiny,shngga jk ditnya cos(3/4) itu brp drajat qta bs tau hslny?Mkasih pak atas jawabanny
    (wong deso:cianjur)

  12. Hasan's unsur

    Ass..
    Wong deso mo tanya neh,apa ada rahasia dibalik angka 9?seorng guru teori bilangan brkata,”angka 9 ntu mrpakan bil istimewa”karna jika dikalikan hasilnya tetap 9,trz hbunganny dgn agama ada gak?Kok wali cm sanga(9)?Tolong pnjelasanny secara tafsili,hehe..
    Haturnuhun..

    ___________
    Al Jupri says: Wong ndeso mau coba jawab nih….”klo menurut saya sih, semua bilangan itu istimewa. Coba aja klo salah satu bilangan ga ada. Pasti kita merasa kehilangan, kita akan membutuhkannya, kita akan merindukannya. Nah, bukankah itu ciri2 istimewa”. Bagaimana? Haturnuhun juga

  13. Tujuan matematika ada dua: pendek dan panjang?
    pendek untuk bisa lulus?
    panjang untuk diterapkan dalam kehidupan….

    saya kira itu cukup semua program memang digagas ke sana: pendek dan panjang. hanya saya sepakat dengan kang tajib, ada banyak penjelas yang perlu digambarkan. barangkali kalau Pak Jupri bisa mengalokasikan waktu untuk menjelaskan itu semua, mungkin sayalah yang menganggap Andalah orang yang perlu diberikan rekor muri. Bisa memberi korelasi matt dengan itu semua. sukur2 bisa hadir sebuah buku dan menyebar ke masyarakat atau ke Depdikbud…. ini loh matematika kenapa penting… heheh 🙂

    Tentang cara mengajar masih 3 kriteria? kurang yaa..
    Sayang yaa belum ada cara efektif yang bisa menolong belajar matt. Pantesan seorang ibu cukup efektif cara mengajar dengan “bentak2” pada anaknya. sebab katanya lembek kalau tidak ditagasi….

    sekedar tambahan: kayanya bagi yang berbakat (iq tinggi) matematika ini yang harus diseriusi… jadilah ia ahli.
    tapi bagi yang tidak 1 > 0 sebaiknya diberikan matematika berjangka pendek saja. cuma sayangnya kurikulum menyamaratakan saja setiap orang…

    ah mbuh ah…. jadi ingat masa aliyah, susah banget matematika….

  14. ujang

    Ass. Selamat Pagi Indonesia KU, perlu dikomentari apa nggak ya ????????? Ada siswa yang pada ujian nasiona 2007 nilai UN MAT nya 10,00 tapi ternyata dia gak lulus UN 2007, ada apa sebenarnya ya ???????? Apa memang ini salah bukti bahwa UN 2007 memang perlu dipertanyakan ketidak bocorannya ??????????

  15. Matematika adalah ilmu yang mengatur semua aspek yang ada dibumi dan dilagit. Untuk menciptakan jagat raya ini Allah menggunakan matematika. Untuk mengatur untaian bintang di langit Allah menggunakan matematika. Untuk mengatur planet-planet di angkasa ini Allah menggunakan matematika.Untuk menciptakan mahluk-mahluk Allah menggunakan matematika. Untuk menciptakan manusia dengan segala aspeknya Allah menggunakan matematika. Untuk menciptakan elektron,proton dan bagian-bagiannya Allah menggunakan matematika. Untuk hidup sehari-hari kita semuanya menggunakan matematika. Kalau matematika digunakan untuk berbuat jahat,maka itu pastidapat balasan dari Allah,tetapi kalau matematika ini dipakai untuk kebaikan maka kita semua kita pasti akan dapat pahala. Jadi matematika itu kalimat yang pasti dan sangat praktis. Konsep matematika dari TK sampai dengan universitas sebenarnya hanya pertambahan,pengurangan,perkalian dan pembagian. Jadi untuk mengajar matematika supaya anak-anak mengerti terlebih dahulu pelajari dulu konsep-konsep dasarnya itu,tentunya anak-anak harus diberikan latihan sebanyak-banyaknya dan harus serius mengerjakannya,jangan malas.
    Sebab jika belajar matematika malas,maka pasti tidak akan bisa dan tidak akan menguasai matematika itu dengan baik.
    Jadi ciptakan agar anak-anak itu senang belajar matematika,berikan anak-anak kepercayaan dan tanggung jawab untuk bisa menyelesaikan soal dengan baik.jadi strategi dan metode mengajar harus terus dikembangkan,sehingga dapat ditemukan hal-hal yang baru.
    Selamat mencoba semoga berhasil.

    HABSY
    ALAMAT : Komplek Puri Bitaro Hijau Blok B1 No.17 Pondok Aren Tangerang banten
    eimail : habsyhotib@yahoo.co.id

  16. tidak paham dengan apa yang diajarkan oleh guru matematika sebuah kewajaran. Matematika merupakan pelajaran yang dianggap paling sulit. Hal tersebut jelas akan berlanjut apabila semua guru matematika mengajar matematika sama persis dengan cara mengajar dosen yang dahulu mengajarnya. Tulisan mas Jupri masih belum menjawab pertanyaan : Adakah obat yang paling manjur untuk mendorong pembelajaran matematika yang efektif ?
    _________
    Al Jupri says: hingga saat ini, sependek yang saya tahu, memang belum ada obatnya… hehe

  17. saya justru kadang bingung teknik yg saya harus pakai apa? 3thn saya mengajar kursus mtk, jk saya pake teknik a satu siswa bisa menerima, tp satunya lagi tak bisa.kasih saran……………………

    dari hasil diskusi saya dg siswa ternyata kesenangan pd mtk tergantung dari guru yang mengajar.
    ___________________
    Al Jupri says: saran ya? Mungkin dengan melakukan variasi dalam mengajar (ga monoton itu-itu aja),….

  18. Hartono

    Ibu guru Lala, sebenarnya dalam mengajar, jika teknik yang kita pake bisa membuat sebagian besar murid mengerti itu sudah OK.Jika ada beberapa orang yang ga ngerti bukan teknik kita salah, tetapi beberapa orang ini harus diajarkan lagi dengan teknik yang lebih canggih, itulah sebabnya mengapa guru harus terus belajar,agar murid2 yang nalarnya kurang bisa diatasi juga.Mudah2an pendapat saya ini bermanfaat.

  19. respati wuryo putro

    wah… saya jadi pengin komentar nih,
    saya sependapat bahwa matematika itu mengajarkan
    Kedisiplinan
    kejujuran
    kebertangungjawaban
    Kesetiakawanan
    Keimanan

    saya malah heran kalo ada yang bilang “1+1 harus sama dengan 2”
    inilah kelemahan pengajaran matematika di Indonesia. Matematika hanya diajarkan sebagai “alat hitung” yang berisi angka dan simbol.

    Sharing aja, setelah mengajar selama 10 tahun, saya melakukan “metode pendekatan personal” kalau mengajar. Pertama kali mengajar saya langsung mengadakan pre test.
    Hasilnya digunakan untuk memilah-milah siswa :
    mana yang kuat dan mana yang lemah. Kemudian saya lakukan pendekatan personal bagi yang lemah. Ditanya, mengapa dan kenapa tidak bisa matematika.

    Kebanyakan (anak SD-SMP-SMA) tidak suka matematika karena GURUnya.
    Maka jadikan MATEMATIKA itu sebagai hal yang menyenangkan dengan cara pembawaan kita juga harus menyenangkan. Matematika itu sudah susah mengapa harus kita bikin susah lagi ?

    Dalam setiap pertemuan saya kadang memberikan cerita selingan tentang apa saja yang berkaitan dengan matematika.

    Kapan simbol “=” pertama kali dipakai ? siapa yang menciptakan simbol “=” ? dll itu akan membuat suasana belajar lebih rileks .

    Syarat sukses belajar MATEMATIKA adalah berani bertanya dan tidak malu melakukan kesalahan

  20. novita

    menurut saya mengajar matematika itu menarik karena saat anak tersebuat tidak bisa menjadi bisa itu sangat menyenangkan. anak akn senag matematika jika kita mengajar dengan menggunakan metode – metode yang menarik kalau perlu apa yang ada di teks book kita bawa ke kelas sebagai sumber belajar

  21. yunita

    saya agaknya setuju dengan pendapat bapak? tp kok saya merasa kesulitan dalam mengajarkan ke anak tentang bagaimana soal-soal matematika,

  22. TGH.Nizar AL-Kadiri

    m

  23. eva

    ada gak sih cara belajar mat yg mdh,jujur aj ak susah nyantholnya kalo belajar matematika,gak dong-dong.matematika emg susah buuaaangeeeet….

  24. Alias

    Misalkan n merupakan bilangan antara 1 dan 0
    jadi, 0<n<1
    jadi kalo 0.n<n.n<1.n = 0 < n^2 =n
    (Kalo ga salah begitu).

  25. Ana

    Paling susah ngajarkan konsep matematika kepada anak anak, harus ada benda kongkrit dan bahasa yang mudah dipahami

  26. tri

    dalam kelas, kadang banyak yang senang pelajaran matematika, tapi tak sedikit pula yang merasa malas untuk mengikuti pelajaran matematika dengan alasan pusing, banyak menghitung, sukar.
    Apakah metode yang paling tepat agar siswa secara merata dapat menangkap materi yang kita sampaikan. Terima kasih

  27. so-care

    saya juga bingung mengajarkan pada anak siswa kaya’nya sekarang itu ada pergeseran mutu karena virus masa bodoh yang penting gua dapaet ijazah, dan di dukung dengan pertumbuhan kebudayaan kita sekarang seperti sinetron. Jadi siapa yang salah guru, murid, diknas atau pemerintah.

  28. matematika merupakan pelajaran yang rumit sehingga untuk mengajarkannya perlu kesabaran yang amat sangat.seorang guru hendaknya menjadikan pelajaran matematika itu sebagai pelajaran yang menyenangkan untuk siswa bukan sebaliknya,tetapi yang saya dapat sampai saat ini justru matematika itu adalah pelajaran yang menyeramkan.
    Guru dalam mengajar kurang begitu memperhatikan siswa-siswa yang tertinggal,mereka hanya memperhatikan siswa yang pintar,tak heran jika bangsa indonesia banyak tertinggal dari bangsa lain.selain itu saat ini yang menjadi prioritas utama guru bukanlah mendidik siswa tetapi lebih terhadap untuk mendapatkan penghasilan semata.saya harap pemerintah lebih memperhatikan hal ini.

  29. bangndut

    maturnuwun pak, bar moco niki njajal tak praktekke.

  30. endsu

    assalamu’alaikum
    apa khabar? baiknya tulis juga pengalaman (perasaan) kamu belajar matematika waktu di sd/smp/sma.
    saya percaya guru, siswa, sarana, lingkungan klg/masy, motivasi, dll merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan dalam belajar, tdk cuma matematika. banyak guru, meskipun sdh belasan tahun mengajar tdk berubah, bangga dengan keangkuhannya. tdk sedikit siswa yg motivasinya rendah, tdk ingin bisa. blm lg klg yg cuek, lingkungan yg tdk kondusif.
    saya guru, insya Allah, ingin berubah tdk lg angkuh, trus ingin membantu dan berdoa utk siswanya.
    kl pulang kampung, mampir ya….,kangen!
    _________
    Al Jupri: Ini dengan Pak Endang? Guru saya? Iya insya Allah Pak akan saya tulis……. Artikel2 yang ditulis di sini, di blog ini, juga berdasar pengalaman semasa sekolah. :D. Iya, insya Allah saya akan mampir ke rumah bapak. 😀

  31. yoed

    Kenapa angka angka normal hanya mentok pada angka 9? kenapa tidak sampai angka …. misalnya (angka ini tidak saya isi karena belum ada yang menemukannya). Persoalan ini sama persis ketika dahulu orang romawi belum menemukan angka 0. Makanya mereka menulis XCLXXIIV. Mungkin ada pak guru yang sudah menemukan jawabannya?

  32. Anonymous

    kapan RME muncul? bisa nyentuh smua gaya belajar (siswa) ga? cocok dg smua gaya mengajar (guru)? menyenangkan? cocok utk sekolah di daerah?
    di sma, masalah umumnya: tdk smua siswa memiliki minat belajar (tinggi) dan bekal matematika beragam (sebagian besar tdk cukup). jarang yg setuju (termasuk sistem), 1-2 minggu (atau lebih) pertama (awal masuk tahun pelajaran baru, kls X)digunakan utk “bermain” menarik minat, mengubah paradigma (ke +), sampai terbentuk sistem baru yg disepakati bersama (di kls) bgm cara belajar matematika (agar menyenangkan, tentu).
    saya pernah coba, menurut saya, berhasil. yg tesulit (awalnya) mengubah diri (saya), bhs tubuh, sabaaaar, tdk ‘mengecam’ (sehalus apapun), dan banyak senyum. tetapi memang hrs berani menembus batas, tdk memikirkam target kurikulum. tetapi akhirnya mereka mengejarnya sendiri. karena mereka suka. masuk ke dunia mereka, juga merupakan seni dan perlu pengetahuan. kayaknya matematika juga perlu aktif “menjemput” hati mereka.
    menurut saya (lagi), beban belajar mreka terlalu berat. 16 MP/40-42 jam pelajaran per minggu. cari tahu, di sana brapa MP/JP per minggu.
    udah dulu, saya tunggu RMEnya…
    __________
    Al Jupri: Wah banyak banget pertanyaannya nih Pak. Kalau dijawab semua, bisa jadi satu buku…. (lagi pula saya belum tentu bisa ngejawabnya) Hihihi…… 😀
    Sebetulnya, banyak artikel yang saya tampilkan di blog ini, sudah mengarah ke RME yang saya maksudkan (cuma saya tak menyebut secara eksplisit), saya sengaja biarkan, biar mengalir begitu saja. Dan ternyata sambutan pembaca sangat positif…

    Oh, iya. Saya nulis tentang sepenggal cerita nyata, waktu bapak ngajar dulu. Artikel yang ini nih Pak (udah dibaca belum ya?): Menjadi Guru Matematika Impian, Bagaimana? Silakan diklik Pak!. Mohon maaf baru sekarang ngasih tahunya. 😀

  33. endsu

    maaf, yang tadi anonymous itu saya, belum mahir jeh!….

  34. Merenung

    Saya guru dan saya bangga. Terutama ketika berada di depan kelas, mengungkapkan ide, menguak masa depan, menanamkan optimisme, kerja keras, kerja sama, kepedulian, kejujuran, konsistensi, dan nilai-nilai luhur lainnya yang harus dimiliki seseorang untuk bertahan hidup dan sukses. Luar biasa, mereka pun membuka diri dengan ide-ide, pilihan-pilihan, harapan-harapan, kecemasan-kecemasan, hambatan-hambatan dan banyak lagi ketidakpastian. Kalau saja cukup waktu, mungkin terungkap semua keluh kesah itu. Kalau saja ada kesabaran mendengar, mereka akan terus mengungkap ketulusan isi hati. Kalau saja saya tahu semua jawaban……

    Pernah pada suatu kesempatan saya (waktu itu wali kelas) mengajak mereka berkemah di alam terbuka, agak jauh dari sekolah. Semalaman kami berbicara, dari hati ke hati, saling jujur, mengungkap isi hati, satu persatu. Luar biasa! Mereka membuka diri, menangis, saling menasehati dan tak terasa adzan subuh mengalun. Semalaman kami hanya berbicara dan bersepakat untuk saling membantu. Indah! Setelah itu kami berjalan bergandeng tangan bersama selama 2 tahun, kemudian berpisah dengan ikhlas dengan tidak mengucapkan selamat tinggal. Hati kami tetap bersama. Masing-masing selalu ingin tahu “bagaimana khabarnya”.

    Di kesempatan lain, saya begitu resah. Sebab, saya tidak bisa menjawab semua pertanyaan mereka. Saya hanya bisa memaparkan pilihan-pilihan, itu pun hanya sedikit. Mampukah mereka bertahan di luar sana? Bisakah mereka menemukan jawaban di luar sana? Dapatkah mereka menemukan masa depan mereka?

    Di kesempatan yang lain lagi, saya bimbang. Ketika saya memikirkan kemampuan/capaian akademik mereka (di SMA). Semakin bingung ketika mendengar capaian akademik mereka di perguruan tinggi sana, membanggakan. Luar biasa!

    Pelajaran yang dapat diambil:
    1. Saya harus jujur. Jujur mendengarkan suara hati saya dan suara hati mereka. Jujur bahwa saya tidak bisa menjawab semua pertanyaan dan harapan mereka. Jujur bahwa saya memiliki keterbatasan. Jujur bahwa saya sangat mencintai mereka dan ingin mereka berhasil. Jujur untuk mengatakan semua isi hati saya kepada mereka. Dengan itu mereka ada di hati saya, demikian sebaliknya. Insya Allah.
    2. Saya harus sabar. Sabar dengan apa yang saya miliki. Sabar mendengarkan keluh kesah mereka. Sabar mendengarkan harapan-harapan mereka. Sabar dengan perilaku mereka. Sabar dengan capaian akademik mereka saat ini. Ya, tidak semuanya seperti yang saya harapkan. Tidak semua harapa saya terjadi saat itu juga. Itulah pendidikan, kadang hasilnya baru kentara setelah karun waktu yang cukup lama. Sabar tiada batas.
    3. Saya harus tegar. Sejauh urusan siswa, saya harus tegar menghadapi semua hambatan. Hambatan datang dari segala arah, temasuk dari pimpinan saya, teman saya, keluarga saya dan keluarga mereka. Sesungguhnya, kadang masalahnya hanya pada kemampuan berkomunikasi saja. Tetapi, di hadapan mereka, memang saya harus benar-benar tegar, dapat diandalkan.
    4. Saya harus mau belajar. Ya belajar apa saja yang bermanfaat bagi semua. Kemampuan mengajar saya dulu didapat dari IKIP, sungguh sangat terbatas dan cukup untuk meghadapi dunia masa kini. Maka saya belajar, membaca, bertanya atau berdiskusi denga teman sejawat atau dengan siapa saja, bahkan dengan siswa.
    5. Saya harus berdoa untuk kemajuan siswa. Saya pernah bertanya kepada teman-teman guru, kapan terakhir berdoa untuk siswa? Berdoa secara khusus untuk siswa saya, ternyata lebih mendekatkan saya kepada mereka. Dan hati saya menjadi plong.
    6. Saya tetap manusia. Demikian juga dengan siswa saya, punya rasa, punya mata punya telinga……
    7. Saya harus minta maaf. Maafkan saya, ya Allah. Maafkan saya, wahai para siswa. Sejujurnya, saya pernah marah, saya pernah mencela, saya pernah mengecam, saya pernah berburuk sangka, saya pernah…

    Saya sudahi. Ini hanya perenungan saya terhadap pengalaman saya mengajar selama ini. Bisa berbeda…. Semoga bermanfaat.

  35. pengemb4r4

    Pak AlJupri, sewaktu dulu masih di bangku sekolah saya paling benci dengan pelajaran matematika. Setelah saya ingat-ingat kembali, pak guru waktu itu tidak menyampaikan pelajaran dengan enak dan mudah marah bahkan seringkali saya disuruh keluar kelas.

  36. blognya bagus ya …. fokus dan ada pembelajarannya… segar pula…
    salam kenal.. saya baru pertama kali mengunjungi…

  37. Sebaiknya guru lebih memperkaya metode mengajar. Jangan ceramah melulu. Bosyen tau!

  38. Sebaiknya guru lebih memperkaya metode pengajarannya. Jangan ceramah melulu.

  39. matematika adalah pelajaran yang sangat ditakuti pelajar, karena pusingnya dengan angka-angka yang dihitung, nah untuk kita guru-guru matematika harus merubah dahulu pola pikir anak yang takut kepada pelajaran matematika menjadi senang pada matematika, dengan pola pengajaran yang bervariasi, menjelaskan cara mengerjakan soal matematika dengan cara singkat/termudah, menyenangkan dan nyaman bagi siswa. Salam kenal… ya pak…., semoga Bapak dapat memberikan tips-tips matematika secara jitu…

  40. Ibnu Abas

    Hai semua aku mau mengucapkan Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ya…..
    Buat para manusia-manusia yang suka matematika

  41. farida

    1>0
    1=0+1
    jadi 0+1>0

    setiap bilangan akan menjadi lebih besar nilainya jika ditambahkan bilangan positif padanya (klu g salah sifat bilangan real)

    RME memakan waktu yang banyak, gmana cranya spy tercapai target kurikulum dengan menerapkan RME? d luar negeri jm matematikany lebih sedikit, tp hasilnya koq scr umum, lebih baik y??

  42. tya

    saya seorang siswa SMA yang mempunyai kerja sambilan sebagai guru BIMBEL..
    saya masih bingung cara mengajar yang efektif dan cepat dimengerti dengan siswa saya…
    karena siswa saya mempunyai latar belakang keluarga yang saya tidak sukai…
    yaitu siswa saya selalu dibiarkan bermain PS sepuasnya…
    sehingga siswa saya jd susah diajarinya.,..

  43. wawan

    pak saya mw bertnya perihal metode talking stick pada pengajaran matematika….. apakah metode talking stick dapat mebuat proses belajar mengajar menjadi efektif, bagaimana mengatasi siswa yang mempunyai penyakit tertentu semisal penyakit jantung, bagaimana mengatsi siwa yang gugup… apakah metode talking stick ini dapat diterapkan pada matematika akn efektif… apa yang diperlukan agar siswa lebih rileks ketika kita menggunakan metode talking stick…apakah kekurangan lain dari talking stick……bagaimana cara mengatasi gugup siswaketika kita sedang memperagakan metode ini selaindengan bernyanyi-nyanyi…bagaimana penilaian dari metode talking stick ini….bagaimana jika siswa tidak dapat menjawab pertanyaaan ketika kita memperagakan metode ini…

    • unney

      pak saya mw bertnya perihal metode talking stick..
      apakah kekurangan lain dari talking stick……n kelebbbbihannya????
      buku judul ap n karangan siapa tentang talking stick??? terima kasih.

  44. Sri Yuliani

    HP yang pake kamera itu apa dibuat pake matematika ya? Kalo betul, terus matematikanya kayak apa?

  45. ssw

    wuiihhh, setuju bangett…!

    itu baru guru ideal!!

    Saya yakin semua orang itu pintar dan bisa.
    Saya siswa SMA, saya juga kesal kadang2. Yang diperhatiin cuma si “itu-itu aja” hehehe=)

    padahal, kalo si pengajar nyampein materinya seru. Pasti semua pada ngerti lah…. hehehe. Emang dasar, guru kuno, muka bebal kayak tembok! hehehehe, piss 🙂

  46. Hammad Fithry Ramadhan

    Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi seorang guru tentunya diapun telah menyatakan dirinya siap untuk mendidik siswanya dan menerima segala tingkah laku siswa untuk didik menjadi orang yang berguna bagi agama,nusa dan bangsa. Lihat dan tengoklah betapa bersemangatnya seseorang ketika pertama kali mengajar……Sebelum bel masuk berbunyi tentu sudah berada di sekolah.
    Seiring berjalannya waktu….. apa yang terjadi? Coba tanyakan pada diri kita sendiri. Apakah semangat kita sama seperti dulu…..? Sama halnya dengan siswa keinginan mereka untuk belajar perlu di refresh ulang.
    Thanks atas tips-tipsnya yang menjadikan inspirasi untuk berbagi via tulisan di dunia maya ini.
    O iya, minta izin nge link tulisan ini ke blog saya di
    http://h4mm4d.wordpress.com

  47. Rybeth

    Kebetulan saya mengajar matemtk utk siswa kls 5 dan 6 sd. Ada yg bs sharing ttg bgmn cara membiasakn anak menulis cara pengerjaan matematika utk soal essay?

  48. robi

    gimana sich cara mengajar matematika yang profesional, menyenangkan dan efektif.
    Karena saya anak kuliahan juga.
    saya ngerasa dikampus dosen2 nya kurang menguasai materi dan menguasai kelas.
    sehingga proses belajar mengajar menjadi membosankan bagi mahasiswa dan dosen itu sendiri.
    waktu ujian mahasiswanya malah nyontek semua.
    Jadi kuliah bukan dapat ilmu.
    malah dapat ilmu nyontek.
    weks…
    gimana ya tips2nya yang pasti bukan pake cara anak sd(bernyanyi dan menari).?
    cuakakaka…
    mohon bantuannya .
    balas ke email saya aja.
    yuuuuuk mari………

  49. n_zhelweiss

    matematika,apa ya?
    tempoe doeloe..uhh paling sebel…
    sekarang,benar2 sangat berguna,,,
    why?
    matematika itu sebenarnya mengasyikkan, tpi itu juga tergantung persepsi org..
    mengasyikkan itu,menurut saya krn match itu ilmu pasti, tdk bisa direkayasa hasilnya…
    beda dgn pelajaran lain yg metode dihapal…

  50. umaya

    klo menurut saya,seorang guru matematika,jangan pernah mengatakan kepada para pesertadidiknya,bahwa matematika itu sukar,tapi tanamkan kepada anak-anak bahwa mereka pasti bisa dan mampu mengerjakan soal matematika itu.karena dengan hal itu,maka semua pesertadidikpun sudah menanamkan didalam dirinya bahwa matematika itu,pelajaran yang menyenangkan….

  51. Yudi

    Ada ndak ya rumus jadi yang bisa ngeluarin rumus 2*pi*r dan pi*r^2 buat ngajari siswa smp kelas 8. Karena angka pi buat ngerumusin luas dan keliling lingkaran itu kan baru muncul pada pelajaran integral di smu. Terima kasih atas bantuan penjelasannya.

    • wolu

      punten mas ngeluarin gimana yah??? ohyabagi2 pengalaman klo aku sebelum menyampaikan materi yang berkaitan dengan Rumus lingkaran, aku memberitahukan bagai mana mencari Phi tersebut. aku biasa menugaskan anak untuk membawa benda yang memiliki lingkaran, lalu aku tugaskan untuk mengukur panjang lingkaran tersebut lalu di bagi dengan diameter lingkaran. nah hasilnya adalah Phi. itu saya lakukan di kelas 5 SD.

  52. nambahin ah…
    setuju dengan wolu…phi adalah perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. phi sering di salah kaprahkan dengan 22/7 atau 3,14 padahal itu cuma pendekatannya saja.
    untuk kelas 8, menurunkan rumus luas lingkaran bisa dengan pendekatan memotong lingkaran menjadi juring2 kecil lalu menyusunnya menjadi persegi panjang berukuran jari2 kali 1/2 keliling lingkaran, sehingga bila siswa sudah paham cara mencari luas persegi panjang, akan mudah menemukan kalau luas lingkarannya r x 1/2 phixdiameter (keliling). 1/2 d kan jari2 maka hasilnya adalah phix rxr alias phi.r kuadrat

  53. nay

    kita adalah seorang manusia, dan salah satu tujuan manusia adalah memberikan pengajaran kepada orang lain. disaat kita menjadi orang dewasa kita memberikan didikan kepada anak-anak kita. dan tentunya berdasarkan didikan yang kita dapat pada waktu dulu ditambah dengan pengalaman-pengalaman. seorang guru matematika selalu identik dengan guru yang killer. bagaimana untuk mengubah pandangan siswa terhadap guru matematika?
    mungkin setiap guru matematika punya caranya masing-masing. bagaimana agar pelajarannya dapat diterima dengan baik oleh anak didiknya. tentunya ini bukan masalah yang mudah karena kita dihadapkan pada posisi dimana sebuah kata “TAKUT” menghantui hampir semua siswa yang ingin belajar matematika.
    itu adalah tugas berat yang diemban hampir semua guru tidak hanya guru matematika, bagaimana agar memnerikan pengajaran dan didikan kepada anak didiknya?
    ini adalah PR kita sebagai seorang manusia tidak hanya seorang guru.

  54. rainer

    wah, mantap nih…
    kalau boleh minta lagi dong artikelnya tentang mengajar matematika.
    saya baru mau terjun ke dunia pendidik, jadi butuh banyak saran.
    kalau boleh tentang teknik mengajar setiap judul matematika sma atau smp biar bisa dipraktekan. kalau boleh dikirim kan juga ke emailku ya. mohon bantuannyaya

  55. akhmad maliki

    asyik. kapan2 saya berkomentar. trims tulisannya.

  56. nawa aulia

    bagaimana caramatematik yg bisa lebih faham dan lancar

  57. erika

    Pa saya punya anak les di rumah,anaknya itu ga cepet tanggap dalam matematika, juga malas bgt, kalo saya ajak belajar dia ngeles mulu.katanya bosen and g menarik. gimana ya caranya biar anak itu belajar matematikanya semangat, menarik and g ngebossenin. minta kiat-kiatnya dong. thanks.

  58. phiet

    salam. saya sekarang (ceritanya) lagi belajar ngajar di sd, kebetulan ngajar matematian pak. jujur saya kena banget tuh pak.. anak-anak ma rekan-rekan guru saya bilang, kalau saya nih gualak banget. tapi katanya lho pak, kalau anak-anak nda konsentrasi, konsep tu nda bisa masuk. jadilah saya terjebak dengan berlaku galak ( bahasa saya “tegas” >_< ), biar anak-anak bisa anteng trus memperhatikan dan mendengar apa yang saya jelaskan begitu….

  59. ciparay

    wah, jam pelajaran untuk matematika sangat kurang. bukan waktu yang jadi ukuran tetapi, kurang mendapat perhatian lebih dari pemerintah, jika saja tujuan negara ini kemana mungkin akan lebih baik hasil yang di capai. tujuan negara memang banyak yang saya maksud adalah tujuan terhadap masyarakat. jika saja negara memang memperhatikan ini , maka matematika bukan lagi masalah bagi siswa dan guru. lho kok bisa??? jika itu pertanyaan anda maka jawabannya adalah buatlah sekolah yang memiliki kurikulum hanya matematika saja, dan seterusnya sekolah hanya dengan kurikulum ipa saja dan seterusnya,,,baiknya sejak smp dibuat hal seperti itu, jadi waktu pembelajaran matematika dan disiplin ilmu lain selama 5 tahun disekolah dengan kurikulum spesifik ini cukup untuk mencetak anak dengan usia muda dan memiliki sdm berkualitas…………..cuma sangat disayangan jika nanti banyak sdm yang berkualitas dengan usia muda apa yang akan pemerintah lakukan??????

    (selamat bertafakur terhadap tulisan ini,,,karena saya juga begitu)

  60. Andi

    Semua berkata sesuai dengan pengalaman masing-masing. Tapi, jangan lupa bahwa sesungguhnya semua berasal dari si pengajar/guru. Jangan langsung mengajar kalo masih belum memahami materi secara mendalam. Seharusnya semua anak di kelas dapat memahami materi yang disampaikan. Paling bagus memberi pemahaman baik teori mau pun praktek nya. Karena anak didik memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, bahkan level nya juga. Termasuk dipengaruhi juga dengan berbagai kondisi, terutama “perasaan” anak didik masing-masing. Menurut saya, pelajaran apa pun akan menjadi mudah jika si pengajar memberi pembelajaran dengan perasaan terhadap seluruh anak didik, tidak sebagian. Pengajar harus memberi pemahaman kepada anak didik bahwa setiap anak didik memiliki keistimewaan/kelebihan masing-masing, dan beritahukan kepada mereka bahwa “Jadikan Kekurangan Menjadi Kelebihan”. Baik pengajar maupun anak didik harus memperbanyak kegiatan ‘renung’ terhadap dirinya masing-masing. Mudah-mudahan kegiatan belajar-mengajar akan menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan bahkan sampai ajal hampir tiba (sakratul maut), karena sadar atau pun tidak secara keseluruhan semua orang masih dalam tahap belajar sampai mereka mati. Wassalam.
    NB: Jangan samakan ALLAH dengan makhluk-Nya (matematika).
    Matematika ALLAH tidak lah sama dengan matematika manusia.
    Dari mana dasar Anda sampai bisa berpendapat demikian?
    Ketahuilah ilmu manusia hanya setitik saja dari luasnya lautan.

  61. Seandainya semua guru matematika seperti yang kita idamkan, seperti yang anda ungkapkan maka matematika menjadi mata pelajaran favorit siswa dan saya sebagai guru sibuk melayani . Tapi sayang seribu sayang ternyata sebaliknya bayangan tentang matematika sulit sudah terbentuk sejak kecil mulai di lingkungan keluarga. Gimana membersihkan image itu???????????

  62. Sampluk

    permasalahan transfer ilmu apapun disiplin ilmunya termasuk matematika dari masa ke masa akan sama saja..
    1. faktor guru. tidak hanya kompetensi guru namun juga faktor-2 internal dan eksternal guru tersebut turut memberikan sumbangan terhadap keberhasilan guru tersebut dalam usahanya mentransfer ilmunya.
    menurut pengamatan saya, ada (baca: banyak) guru yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana seharusnya, karena berbagai faktor.
    2. faktor siswa. diakui atau tidak faktor kecerdasan sangat mempengaruhi daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan guru atau yang dipelajari siswa yang bersangkutan. di samping itu banyak faktor lain yang bersumber dari diri siswa seperti motivasi, dukungan lingkungan keluarga dan lain-lain.
    3. sarana prasarana. mungkin di sisi ini perlu kreativitas guru untuk dapat memanfaatkan secara optimal apa saja yang tersedia.

    pembelajaran matematika adalah pembelajaran terstruktur sehingga konsep2 dasar sudah harus dikuasai sebelum mempelajari konsep berikutnya, sehingga karena itu pembelajaran matematika haruslah juga merupakan pembelajaran berkelanjutan dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan hingga ke PT.

    Bayangkan beban dan kesulitan saya yang mengajar di SMP padahal 90% siswa saya tidak memahami konsep2 dasar yang dipelajari di SD. Herannya mereka lulus dengan nilai yang cukup tinggi. Bagaimana ini bisa terjadi? jawabnya tentu harus melalui serangkaian penelitian, lalu ditindak lanjuti dengan tindakan2 nyata untuk menyelamatkan pendidikan yang sudah dalam kondisi mengkawatirkan ini…

  63. Anonymous

    selamat siang semuanya,,maaf saya mau ikut gabung,
    sedikit cerita tentang saya,,saya masih baru aktif mengajar di salah sekolah menengah pertama,,,
    sebagai junior saya mau bertanya,,apa sih yang menyebabkan siswa itu nakal dikelas?
    pernah juga saya baca buku,bahwa siswa bukanlah obyek,tapi siswa adalah sumber yang harus dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran,apa maksut dari itu?? terima kasih

  64. Deny D

    Mengajar, baik itu mngajar mtematika maupn yg lainnya memang tidaklah cukup dg skadar mmberikan materi sj. tetapi bagaimana agar belajar mengajar itu bermakna dlm benak siswa itulah yang menjadi PR bagi kita hingga saat ini. Belajar mngjar khususnya pd mapel mtmtika selain mtri juga hrus ada keterkaitan mtri dg khidupan. Alhamdulillah, skrang pemrintah mncanangkan penddikan karakter, mudah2an itu mjd upaya agar pembelajaran mjd bermkna dg mnyelipkan pnddikan karakter k dlm pmblajaran khususny pd pmblajaran mtmtika…

  65. Yuzman 'arif

    bafaimana cara nya supaya anak yang kita didik cepat ,emgerti materi telah di sampai kan
    …..

    • Anonymous

      KIta sebagai guru harus mengerti terlebih dahulu apa yang akan kita sampaikan. Klo kita sendiri, sebagai guru, tidak mengerti, bagaimana mungkin siswa kita cepat mengerti?

  66. Anonymous

    paling enak tu ngajar matematika yang hubungannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari..seperti 80+(-100)=…ibarat punya duit 80 bayar utang 100 jd sisa utangnya 20, krn msh utang hasilnya – 20…kl gurunya bs ngajar matematika dengan mengambil contoh dlm kehidupan sehari-hari insyaallah murid mudah meresapinya..hehehehe..peace kl salah

  67. tiba-tiba ‘nyasar’ kemari karena googling mencari metode mengajar matematika… pas baca… huhuhuhuu…, cukup nyelekit juga di hati… (kebetulan ane guru :D)… btw busway…, ane setuju sih sama metode yang dipaparin di atas. bagaimana pun metode mengajar yg baik u/ matematika agar tujuan tercapai, ya… balik lagi ke diri si guru… setidaknya bisa memposisikan diri sebagai guru dan sebagai siswa juga… (???). tapi bagaimana caranya yg paling ampuh ya??? ane sampai pusing tujuh keliling kalo hadapi siswa2 di skul (apalagi siswa sd yg suka doyan becanda…:D)… beberapa kali dah lakukan pendekatan seoptimal mungkin, tapi tetap aja susah sampai harus tambah jam pelajaran (les) apalagi ada siswa yang terbelakang mentalnya….But, Doa, Usaha, Ikhlas, dan Tawakal (DUIT) yang selalu ane tekankan ketika akan dan sesudah mengajar… dan berharap yakin ada perubahan (apalagi selama ini metode2 yang dipaparkan belum ada yg ampuh… hiks.. hikss… hiksss…)

    for admin: thanks postingannya… mantap tenan… ijin copas u/ dokumen pribadi ya… 😀

  68. izin copast dong Pak 🙂

  69. makasih sy link aja ya mas biar senang mencarinya

  70. pd saat mngajar didlm ruangan ‘kt harus mnjelaskan konsep yg kt ajarkan,dan salah satu kesuksesan blajar matematika yaitu haruslah dibarengi kdisplinan,tanpa kdisplinan kt gk akan berhasil………..

  71. nany

    kebahagian terbesar saya disaat mengajar, disaat anak-anak berkata..
    “ohhh begitu bunda…. ternyata gampang yah…..”
    melihat kebahagiaan mereka….
    melihat mereka mencintai matematika…
    aahhh… indah… indah sekali….

  72. Anonymous

    thanks buat pak Al-jupry, menurut saya artikelnya cukup bagus, jelas, smg qt sebagai guru matematika bisa menerapkan semua teori2 yg telah qt ungkapkan.

  73. lazim

    artikelnya bagus….
    tambahan sedikit,,,mungkin dari guru dan murid,itu bisa saling terkendali ataupun bisa saling mensukseskan pembelajaran apabila ada timbal balik yang begitu besar,ambil contoh saja pada saat belajar mengajar murid dengan tenang dan aktif dalam belajar tersebut maka pembelajaran akan lebih efektif apabila guru tersebut juga ikut aktif ,,,,
    ataupun

    buat murid itu senang dulu kepada pelajaran ataupun gurunya…..seandainya murid itu sudah menyukai salah satu atau dua cara itu,psti akan menyesal apabila tidak mengikuti pelajaran itu???

    suwun……

  74. Anonymous

    mmg susah untuk memilih metode mn yg tepat untuk satu pokok bhasan,,,memilih metode itu hrus disesuaikan dengan kondisi kelas, kondisi siswa,,,dll….bagi saya, saya akan mengajar sesuai kemampuan saya,

  75. Reblogged this on vefranosagc1 and commented:
    terimakasi sangat membantu

  76. MTK ADA YG SUSAH ADA YG MUDAH TAPI KALAU BELAJAR PASTI JUARA
    TAPI INGAT KAPADA ALLAH

  77. OOH KATA ORANG MTK ADA Yang susah ada yang mudah klo sma nanti bagAIMA:)

  78. samsuriadi

    mengetahui karater anak dan biasanya diakaitkan dengan dunia nyata

  79. matematika bagi seorang guru membuka pintu yang sangat luas untuk berkreasi…..

  80. Ade

    Saya ingin tahu pelajaran matematika SMP

  81. birrko

    Bgmn dgn materi yg bejibun hrus dslsaikn tepat wktu?
    Kadang gr brpkir kejar materi shg pndalmn pd mtri yg ank blm bs mnjdi terabaikn.

  82. juli

    Bagus banget artikel nya

Leave a reply to Pak Martono SDN Kropak 02 Kec. Winong Pati Cancel reply